Lukas 9:1-6
Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang, kata-Nya kepada mereka: “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju. Dan apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ. Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka.” Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat.
***
Panggilan Tuhan tertuju kepada setiap orang tanpa terkecuali. Panggilan itu sekaligus memuat tugas pengutusan untuk mewartakan kasih-Nya. Syarat menjalani panggilan adalah merasakan kasih Allah terlebih dahulu dalam hidup pribadi, sebab kasih itulah yang hendak diwartakan. Hanya dengan kasih Allah, segala macam penderitaan dunia akan terhapuskan.
Dalam bacaan Injil hari ini, kedua belas murid Yesus diutus untuk melenyapkan penyakit dan mengusir setan. Penyebab segala penderitaan tersebut adalah faktor di luar diri manusia, sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan kemahakuasaan Allah. Itu sebabnya Allah yang Mahakuasa harus menjadi andalan dalam setiap kondisi hidup kita. Dengan mewartakan kasih Allah, kita memperkenalkan cara Allah bekerja dan berkarya. Harapan kepada kuasa Allah harus menjadi dasar hidup setiap orang sehari-hari.
Panggilan Tuhan membuat kita lebih merasakan kehebatan Allah. Tidak ada unsur mana pun yang mampu mengalahkan-Nya. Sering kali, jebakan roh jahat memengaruhi setiap orang dalam berpengharapan. Ketika butuh jawaban praktis, mudah bagi kita untuk mencari penolong yang lain, padahal segala jawaban dari Tuhan tidak hanya menuntaskan perkara, tetapi juga mendewasakan sikap kristiani kita, misalnya dalam hal kesabaran, ketekunan, dan kesetiaan.
Di situlah kita diutus sebagai pewarta. Mewartakan cara kerja Allah juga merupakan usaha pemurnian iman secara berkelanjutan. Tugas ini diemban oleh kita sebagai konsekuensi dari baptisan yang kita terima. Melalui baptisan, kita diberi hak untuk menerima pemenuhan janji keselamatan. Di sisi lain, kita diwajibkan untuk melaksanakan tugas pengutusan secara benar di dunia.
Sebagaimana kedua belas murid mengalami kasih Allah karena perjumpaan pribadi dengan Yesus, kita pun harus mengusahakan pemeliharaan rohani agar bisa berjumpa dengan-Nya. Melalui doa, dinamika hidup harian, dan ketenangan batin, kita harus merasakan Yesus hadir secara personal kepada kita. Kehadiran-Nya ini menjadi titik tolak kita dalam menjalani aktivitas harian sebagai utusan-Nya.
Pada hari ini, kira-kira tugas pengutusan apa yang kita terima melalui dialog rohani dengan Yesus? Di mana dan kepada siapa sajakah kita diutus sebagai murid-Nya? Mari menyadari tugas pengutusan kita melalui doa yang kita daraskan kepada Yesus. Tuhan memberkati.