Jangan Hilang dalam Hiruk Pikuk Dunia

Rabu, 20 September 2023 – Peringatan Wajib Santo Andreas Kim Taegon, Paulus Chong Hasang, dan Kawan-kawan

218

Lukas 7:31-35

Kata Yesus: “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.

Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”

***

Zaman telah banyak berubah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menawarkan banyak kemudahan. Kecanggihan alat komunikasi dan banyaknya pilihan media sosial membuat batas tidak lagi menjadi masalah. Dengan satu tombol saja, manusia dapat terhubung dengan manusia lain yang berada jauh, bahkan di ujung dunia. Yang jauh menjadi dekat, yang sulit menjadi mudah, yang lama menjadi cepat.

Namun, terkadang juga berlaku sebaliknya. Teknologi dapat menjauhkan yang dekat, dan mengakibatkan yang mudah menjadi sukar. Mental instan pun merajalela. Proses tidak lagi dianggap penting dalam hidup dan pembentukan karakter. Sejarah dilupakan. Manusia menjadi linglung dan kehilangan akar.

Perumpamaan yang disampaikan Yesus dalam bacaan Injil hari ini dapat menjadi teguran keras akan kebodohan manusia zaman ini. Berfokus pada teknologi dan segala tawaran duniawi yang membanjiri layar alat komunikasi tanpa sadar membuat sebagian manusia lupa siapa dirinya. Tawaran dunia memang menggiurkan! Orang-orang sibuk menikmati kebebasan berekspresi, saling pamer eksistensi diri di dunia maya. Semua berlomba-lomba memoles diri, ingin terlihat sempurna meskipun harus memakai topeng kepalsuan. Dunia jadi panggung sandiwara, ajang di mana kompetisi abadi berlangsung.

Pewartaan Yohanes dan Yesus tentang pertobatan pun ditolak karena dianggap kuno dan tidak relevan. Manusia zaman kini hidup demi dan untuk dirinya sendiri. Egoisme, ketamakan, dan pengejaran kenikmatan mewarnai gaya hidup. Hidup ugahari seperti Yohanes Pembaptis dianggap sebagai kegilaan. Hidup solider dan tanpa sekat seperti yang diwartakan Yesus dicap ketinggalan zaman.

Zaman yang penuh tantangan dan godaan ini menuntut kita untuk terus mengasah kepekaan dan kesadaran diri. Jangan biarkan jiwa kita terseret dan hilang dalam hiruk pikuk dunia. Jangan menjadi manusia beragama tanpa iman, yang bersembunyi dalam ibadat massal tanpa kedalaman iman personal; tetapi jangan pula menjadi manusia arogan yang tidak mau ambil pusing soal agama dan Tuhan. Pakailah ilmu dan teknologi dengan semestinya, yakni untuk meningkatkan kesejahteraan dan martabat hidup keluarga manusia, serta untuk mewartakan pertobatan dan persaudaraan tanpa batas dan sekat. Hanya dengan demikian hidup kita selaras dan seirama dengan nyanyian Tuhan, di zaman apa pun.