Teguran Persaudaraan

Minggu, 10 September 2023 – Hari Minggu Biasa XXIII

121

Matius 18:15-20

“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang darimu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”

***

Sebuah cerita saya kutip untuk mengawali renungan ini:

Seorang laki-laki pergi ke gereja. Ia lupa mematikan telepon genggamnya, sehingga berdering tiba-tiba waktu sedang misa. Imam memarahinya, umat pun menegurnya karena dia sudah mengganggu keheningan. Orang-orang melihatnya dengan pandangan yang mempermalukan dan meremehkan. Sejak saat itu, ia tidak pernah melangkahkan kakinya lagi ke gereja tersebut.

Malam itu, ia pergi ke bar, masih dengan perasaan gugup dan terguncang. Tidak sengaja ia menumpahkan minuman di meja. Pelayan bar meminta maaf; petugas kebersihan buru-buru mengepel lantai; sementara manajer bar memberikan minuman pengganti. Sang manajer juga berkata, “Jangan khawatir. Siapa sih yang tidak pernah berbuat salah?” Sejak saat itu, ia tidak pernah berhenti datang ke bar tersebut.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk menyelamatkan saudara yang berdosa. Yesus sendiri datang dengan misi menyelamatkan yang hilang, yakni orang-orang yang berdosa dan yang jauh dari jalan Allah. Para murid diajak menjalankan misi Tuhan untuk membawa orang berdosa dan tersesat kembali ke jalan keselamatan.

Yesus meminta para murid untuk tidak membiarkan orang lain hidup dalam keadaan berdosa. Para murid harus menegur atas dasar kasih, yakni kasih kepada orang yang berdosa itu. Membiarkan orang dalam keadaan berdosa bukanlah ciri khas seorang murid. Ketika seorang pengikut Tuhan mampu membuat yang berdosa bertobat, ia menyelamatkan jiwa orang itu dari kebinasaan. Kasih persaudaraan akan membuat berkat-berkat Allah tercurah bagi mereka. Murid yang hidup dalam kasih persaudaraan dengan sesama akan dikasihi Allah.

Cerita di awal renungan ini menunjukkan bahwa sikap kita terhadap sesama terkadang tidak mengantarkan orang ke surga, tetapi justru membawa jiwa-jiwa ke neraka. Tugas seorang murid Tuhan adalah dengan kasih yang tulus membawa sesama yang bersalah kepada Allah, bukan merasa diri benar dan menghakimi orang yang berdosa. Yesus dekat dengan orang berdosa untuk membawa mereka kembali kepada Bapa. Orang Kristen punya tanggung jawab yang sama, yakni membawa saudara-saudari kita yang berdosa kembali dalam pelukan kasih Allah. Cara kita bersikap terhadap orang yang bersalah menunjukkan kualitas kita sebagai murid Tuhan.