Matius 23:13-22
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Surga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.
[Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.]
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat daripada kamu sendiri.
Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. Dan barangsiapa bersumpah demi surga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya.”
***
Sosok Santo Augustinus tidak boleh dilepaskan dari Santa Monika, ibunya. Santa Monika adalah ibu yang penyabar. Ia tekun dalam mendidik dan mendampingi anaknya. Augustinus lahir di Tagaste pada tanggal 13 November 354. Hidup masa mudanya tidak karuan. Namun, berkat ketekunan doa Santa Monika, ia berangsur menjadi anak yang baik. Setelah bertobat, hasrat hidup Augustinus hanya tertuju kepada Tuhan. Ia pun menjadi imam, hingga menjadi uskup di Hippo.
Salah satu tulisan Augustinus yang terkenal adalah Pengakuan-Pengakuan. Dikatakan di situ: “Terlambat aku mengasihi-Mu, keindahan yang sangat lampau namun sekaligus sangat baru, terlambat aku mencintai-Mu. Engkau memanggilku, menembus ketulian pendengaranku. Engkau menyilaukan mataku, membuatku tersungkur, namun Kausembuhkan pula butanya mataku. Engkau telah mengembuskan aroma-Mu padaku. Kini aku telah menghirupnya, dan kini aku lapar dan haus akan Dikau. Engkau telah menjamahku dan kini aku terbakar dengan hasrat untuk sampai pada kedamaian-Mu.”
Bacaan pertama khusus dalam Peringatan Wajib Santo Augustinus, 1Yoh. 4:7-11, menguraikan bagaimana Allah dikobarkan oleh hasrat akan kasih-Nya kepada manusia sehingga Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal sebagai silih bagi dosa-dosa kita. Dia adalah Allah yang solider kepada manusia. Santo Augustinus mengerti akan hal itu. Itulah sebabnya, sepanjang hidupnya, ia dikobarkan dalam semangat yang sama untuk mengasihi dan memuliakan Allah.
Mari berefleksi: Bagaimana dengan kita? Apa hasrat hidup kita yang terdalam?