Jalan Sederhana

Sabtu, 26 Agustus 2023 – Hari Biasa XX

97

Matius 23:1-12

Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

***

Kita dapat belajar dari St. Teresa Kalkuta bagaimana menghidupi sabda Tuhan. Mengutip ajaran Yesus, ia berkata, “Siapa pun yang terbesar di antaramu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” Doa dalam perbuatan adalah cinta, dan cinta dalam perbuatan adalah pelayanan. Jalan yang ditempuh St. Teresa itu sering dikenal sebagai “jalan sederhana”. Intinya adalah melakukan sesuatu, bahkan betapa pun kecilnya hal itu, dan menunjukkan perhatian lewat perbuatan kita dengan memberikan waktu pada orang lain. Allah telah begitu baik kepada kita. Karya cinta sebagai jalan sederhana selalu merupakan cara untuk menjadi semakin dekat dengan-Nya.

Demikianlah “jalan sederhana” terukir dalam bait di dinding rumah untuk anak-anak miskin di Kalkuta:

Ambilah waktu untuk bermenung, ambilah waktu untuk berdoa, ambilah waktu untuk tertawa. Itulah sumber kekuatan, itulah kekuatan terbesar di atas bumi, itulah alunan melodi jiwa.

Ambilah waktu untuk bermain, ambilah waktu untuk mencintai dan dicintai, ambilah waktu untuk memberi. Itulah rahasia masa muda yang abadi, itulah anugerah Allah yang istimewa, sehari terlalu singkat untuk bersikap egois.

Ambilah waktu untuk membaca, ambilah waktu untuk bersahabat, ambilah waktu untuk bekerja. Itulah mata air kebijaksanaan, itulah jalan menuju kebahagiaan, itulah harga kesuksesan.

Ambilah waktu untuk melakukan perbuatan kasih. Itulah kunci menuju surga.

Lucinda Vardey, Jalan Sederhana Ibu Teresa (Jakarta: GPU, 1997).