Siap untuk Terus Memurnikan Motivasi

Selasa, 25 Juli 2023 – Pesta Santo Yakobus

103

Matius 20:20-28

Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

***

Ketika seorang pemuda ingin masuk seminari, pada saat tes wawancara pertama-tama pasti akan ditanyakan, “Apa motivasimu ingin masuk seminari?” Penguji menanyakan itu karena ingin melihat apa yang mendorong atau mendasari pilihan pemuda tersebut hingga akhirnya memutuskan untuk masuk seminari.

Kata “motivasi” berasal dari bahasa Latin motivus, yang berarti “bergerak” atau “mendorong”. Kata tersebut kemudian berkembang menjadi motivare yang berarti “mendorong” atau “memberi dorongan”. Secara etimologi, kata “motivasi” mengacu pada dorongan atau kekuatan yang mendorong individu untuk bertindak atau berperilaku. Dorongan dan daya ini bagaikan energi yang mampu menggerakkan seseorang untuk bertindak dan melangkah. Dorongan itu dapat berasal dari luar (eksternal), maupun dari dalam dirinya (internal). Secara rohani, motivasi dapat hanya berkutat pada diri sendiri (egosentris), maupun keluar untuk manusia yang lain (humanistik) dan untuk pengabdian kepada Tuhan (inkarnatoris).

Hari ini, bersama dengan Gereja Universal, kita merayakan Pesta St. Yakobus Rasul. St. Yakobus dalam Alkitab dikenal sebagai Yakobus anak Zebedeus. Dia merupakan satu dari tiga rasul yang mendampingi Yesus dalam momen-momen penting, seperti kebangkitan putri Yairus, transfigurasi, dan doa di Taman Getsemani. Setelah kebangkitan Yesus, Yakobus dikenal sebagai seorang penginjil yang aktif dan setia dalam menyebarkan ajaran-ajaran Yesus. Ia diperkirakan melakukan pelayanan dan pewartaan Injil di Yudea dan Samaria. Pada akhir hidupnya, Yakobus menjadi martir yang mulia.

Militansi sebagai murid Yesus yang dimiliki oleh Yakobus bukanlah sesuatu yang sekali jadi. Bacaan Injil hari ini menunjukkan hal itu. Ibu Yakobus tampil begitu dominan di sini. Dengan terang-terangan, ia meminta imbalan untuk anak-anaknya kepada Yesus berupa kedudukan yang tinggi. Dari kisah ini, tampaknya bisa diduga bawah motivasi Yakobus didominasi oleh faktor eksternal, yakni dukungan dari ibunya. Ia tampaknya juga mengikuti Yesus karena dorongan untuk mendapatkan kenyamanan dan imbalan bagi dirinya sendiri (egosentris). Betapa rapuh dan dangkalnya motivasi itu!

Namun, seiring perjalanan waktu, berkat proses formatio selama hidup dan tinggal bersama Yesus, Yakobus menjadi pribadi yang militan. Ia meninggalkan orang tua dan keluarganya untuk mengikut Yesus, Mesias dan Guru yang ia pilih (internal). Ia pun akhirnya memberikan dirinya sebagai martir demi membela iman akan Kristus (inkarnatoris, Kristus centris). Yakobus terus-menerus terbuka untuk berubah dan diubah menjadi murid Yesus yang sejati. Ia terus-menerus memurnikan motivasi panggilannya dalam mengikut Yesus. Ia setia mengikut Yesus bukan hanya pada saat suka dan gembira, melainkan juga pada saat duka dan penuh sengsara.

Saudara-saudari yang terkasih, bagaimana dengan kita? Apakah kita bersedia terus terbuka untuk memurnikan motivasi diri kita dalam mengikut Yesus? Hendaknya kita mengikut Yesus bukan karena dorongan orang lain, melainkan karena pilihan bebas kita dari hati yang terdalam. Hendaknya kita mengikut Yesus bukan karena ingin mendapatkan imbalan dan kenyamanan, melainkan karena kita siap untuk ikut ambil bagian dalam salib dan kesengsaraan-Nya demi Kerajaan Allah.