Matius 9:1-8
Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: “Ia menghujat Allah.” Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –: “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.
***
Kisah mukjizat dalam bacaan Injil hari ini tidak sekadar menceritakan Yesus yang menyembuhkan orang yang sakit secara jasmani, tetapi juga sakit secara rohani. Yesus tahu bahwa si lumpuh telah bertobat dari kesalahannya. Ia melihat imannya dan iman orang-orang yang membawanya. Karena itu, Yesus berkata, “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.”
Mengapa Yesus lebih dahulu mengambil inisiatif? Mengapa Ia tidak menunggu sampai si lumpuh atau orang-orang yang mengantar orang itu memohon pertolongan dari-Nya? Tentu saja Yesus bisa mengerti apa yang dipikirkan oleh si lumpuh. Ketika berhadapan dengan kekudusan dan kewibawaan Yesus, orang itu mungkin merasa malu dan bingung dengan segala kesalahannya. Jadi, Yesus ingin menenangkannya lebih dahulu. Ia tidak peduli bahwa ahli-ahli Taurat menggerutu dalam hati. Ia hanya ingin menunjukkan bahwa Ia peduli, bahwa Ia berbelaskasihan kepada orang berdosa.
Jadi, sementara ahli-ahli Taurat, mereka yang dibutakan oleh kesombongan, menganggap diri sebagai satu-satunya pihak yang benar dan menolak untuk menerima kebenaran Yesus, si lumpuh yang dengan tulus mengakui diri sebagai orang berdosa diterima dan diselamatkan Allah. Kepada orang-orang seperti ini, Allah berkenan untuk mengampuni. Dalam kisah ini, belas kasihan ilahi melangkah lebih jauh. Allah melengkapi pengampunan-Nya dengan kesembuhan bagi si lumpuh, “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Yesus dengan ini berkehendak bahwa sukacita orang berdosa yang bertobat menjadi lengkap.