Matius 8:28-34
Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorang pun yang berani melalui jalan itu. Dan mereka itu pun berteriak, katanya: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?” Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan. Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: “Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu.” Yesus berkata kepada mereka: “Pergilah!” Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, mereka pun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka.
***
Kisah dalam bacaan Injil hari ini sangat mengagumkan, tetapi sesungguhnya sekaligus juga menyedihkan. Kita kagum akan kuasa dan keagungan Yesus, yang kepada-Nya setan pun tunduk dan taat. Namun, betapa sedihnya ketika dalam kisah selanjutnya, kita menemukan bahwa orang-orang keluar untuk menjumpai Yesus dan kemudian mereka mendesak supaya Ia meninggalkan daerah mereka. Sedih rasanya. Sang Penyelamat datang untuk menawarkan keselamatan, tetapi umat-Nya sendiri tidak mau menerima Dia.
Ini bisa diterapkan dalam hal anugerah yang kita terima dari Tuhan, yaitu kebebasan. Manusia dianugerahi kebebasan yang konsekuensi terjauhnya adalah dapat digunakan untuk berusaha menghentikan kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas. Daya ilahi Allah yang tidak terbatas dapat ditolak, bahkan diusir oleh kebebasan yang Tuhan sendiri berikan untuk kita. Ini dimungkinkan karena Allah mengasihi kita. Sebagai Bapa, Ia begitu menghargai kebebasan kita. Ia tidak memaksakan kasih-Nya kepada segenap manusia. Ia hanya menawarkannya kepada kita.
Tuhan, dengan hikmat dan kebaikan-Nya yang tidak terbatas, mengatur alam semesta sambil menghormati kebebasan kita, juga ketika kebebasan ini membelakangi-Nya dan tidak mau menerima kehendak-Nya. Ini menunjukkan betapa Tuhan mencintai kita. Ia sudah menciptakan kita secitra dengan-Nya, memberi kebebasan kepada kita, dan ketika kita salah menggunakan kebebasan itu, Ia tetap menawarkan keselamatan. Mari kita gunakan kebebasan ini untuk menerima rahmat keselamatan dari Tuhan, bukan untuk menolak dan mengusir-Nya.