Matius 8:23-27
Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nya pun mengikuti-Nya. Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. Dan heranlah orang-orang itu, katanya: “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”
***
Bacaan Injil hari ini menampilkan kisah yang dramatis. Yesus naik perahu bersama dengan murid-murid-Nya. Ia pun tidur. Tiba-tiba datang badai dahsyat dan perahu mereka terobang-ambing oleh ombak. Bisa dibayangkan ketakutan yang menghinggapi para murid. Ternyata kekacauan ini tidak membuat Yesus terbangun. Akhirnya, para murid yang ketakutan dan putus asa pun membangunkan Dia. Mereka bersetu, “Tuhan, tolonglah, kita binasa.”
Kisah ini hendak mengungkapkan siapa Yesus sebenarnya. Di tengah badai yang mengamuk, di tengah ketakutan dan kebingungan yang melanda para murid akibat diombang-ambingkan ombak, Yesus menghardik angin dan danau, sehingga danau itu pun menjadi tenang kembali. Sabda Yesus membawa ketenangan. Ketenangan ini bukan hanya tentang angin yang mereda dan danau yang menjadi teduh. Lebih dari itu, sabda Yesus membawa ketenangan bagi para murid, menenangkan hati mereka yang penuh ketakutan dan kepanikan.
Dari rasa takut, mungkin juga malu, para murid beralih menjadi kagum dan heran karena mereka menyaksikan keajaiban alam yang terjadi oleh campur tangan Yesus. Keterkejutan, kekaguman, dan keajaiban atas perubahan drastis di atas perahu membangkitkan pertanyaan dasar dalam diri mereka, “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” Siapa yang dapat meredakan badai di bumi dan pada saat yang sama meredakan badai dalam hati manusia? Hanya Dia, yang memerintah sebagai Tuhan atas angin dan danau, yaitu Yesus, sang Mesias.
Setiap kali mengalami kesulitan dan tantangan, saat kita menghadapi badai kehidupan, janganlah lupa bahwa Juru Selamat kita adalah Allah sendiri yang menjadi manusia. Ia selalu dekat dengan kita walau kadang kita merasa sendirian. Apa pun yang terjadi, Tuhan akan senantiasa menenangkan dan menyelamatkan kita. Ia tidak akan meninggalkan kita, tetapi serentak Ia juga berharap bahwa kita pun dengan aktif dan penuh pengharapan memanggil diri-Nya.