Menjadi Garam dan Terang

Selasa, 13 Juni 2023 – Peringatan Wajib Santo Antonius dari Padua

211

Matius 5:13-16

“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.

Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.”

***

Dalam pengajaran-Nya, Yesus selalu menggunakan gambaran-gambaran yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Dalam bacaan Injil hari ini, Ia menyampaikan kepada kita dua ilustrasi yang akrab dan tentunya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita, yaitu garam dan pelita. Melalui perumpamaan tentang garam dan pelita, Yesus menantang, sekaligus mencubit kesadaran kita agar kita mampu menjadi garam dan terang bagi sesama. Bagaimana kita bisa menjadi garam dan terang bagi dunia ini?

Sebagaimana garam berfungsi untuk memberikan kelezatan pada makanan, cara hidup dan tutur kata kita haruslah mampu memberi kedamaian dan ketenteraman bagi sesama. Selain itu, garam juga digunakan untuk mengawetkan makanan agar tidak rusak, sehingga kita juga mestinya mampu dan selalu peka untuk membantu mereka yang lemah agar tetap teguh dalam imannya.

Yesus juga mengajak kita untuk menjadi terang bagi dunia. Sebagaimana cahaya sebuah pelita berfungsi untuk menerangi ruangan, teladan hidup kita yang baik mestinya menjadi cahaya yang membawa terang Kristus kepada sesama, yang dengannya setiap orang akan mengalami kasih Tuhan.

Kita dapat menjadi garam dan terang dengan talenta dan kemampuan yang kita miliki. Semuanya itu merupakan hadiah yang dianugerahkan Allah bagi kita, dan diharapkan menjadi anugerah bagi sesama yang lain seperti teladan hidup Yesus Kristus sendiri. Hidup sebagai garam dunia dan terang dunia berarti mengenal diri kita yang paling dalam dan otentik. Inilah kehidupan yang Tuhan kehendaki untuk kita miliki. Untuk itu, Yesus menegaskan agar kita tidak kehilangan rasa dan tidak menyembunyikan terang.

Menjadi garam dan terang dunia berarti juga menghidupi semangat dan cara hidup yang telah diteladankan oleh Yesus sendiri, yakni memberikan penghiburan bagi mereka yang lemah dan berbeban berat, memancarkan cahaya kedamaian di tengah perselisihan, dan berbuat baik kepada sesama tanpa pilih-pilih.

Semoga semangat dan cara hidup kita sungguh menjadi garam yang memberikan kelegaan dan menguatkan iman sesama. Semoga juga kehadiran kita di tengah sesama bisa memberi cahaya agar setiap orang mampu mengalami kasih Tuhan dalam hidupnya.