Menjumpai Kristus dalam Ekaristi

Minggu, 11 Juni 2023 – Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus

128

Yohanes 6:51-58

“Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.” Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”

***

Di beberapa titik di jalan raya, kita bisa dengan mudah menemukan begitu banyak papan reklame. Banyak di antaranya dari restoran-restoran yang menawarkan berbagai makanan dan hidangan khas yang mesti dicoba. Namun, apakah kita pernah membayangkan adanya papan iklan tentang perjamuan roti dan anggur yang tidak perlu dibayar dan yang membuat kita hidup selamanya?

Hari ini Gereja Katolik sejagat merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Pada dasarnya Gereja menetapkan hari raya ini untuk membawa kita kepada sebuah kesadaran yang lebih hidup dan aktif akan kehadiran Tuhan di tengah-tengah umat-Nya, sebagaimana janji-Nya ketika Ia berkata kepada para rasul-Nya, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20). Setiap kali merayakan Ekaristi, kita diingatkan akan kasih Yesus yang begitu besar karena Ia telah mengorbankan diri-Nya bagi keselamatan umat manusia. Di dalam roti yang telah dikonsekrasi dan piala yang telah diberkati, kita mengenali kehadiran Kristus yang hidup, yang selalu menaungi kita dengan kasih-Nya dan menguatkan kita dalam persekutuan-Nya.

Bacaan Injil hari ini menyajikan kepada kita pengajaran Yesus tentang roti hidup. Ini adalah sebuah undangan untuk membiarkan Yesus hadir di dalam hidup kita sebagai sumber kekuatan kita. Dia adalah roti dari surga yang menghidupkan, yang dikirim Allah untuk menopang kehidupan umat-Nya. Di dalam Dia, kita menemukan kekuatan untuk menjalani hidup dengan keberanian daripada ketakutan, dengan cinta daripada kebencian, dengan harapan daripada pesimisme. Yesus menyatakan diri-Nya sebagai roti hidup yang diberikan oleh Bapa agar kita semua memperoleh hidup kekal. Setiap orang yang makan roti itu akan ikut ambil bagian dalam kehidupan ilahi. Seperti yang dikatakan oleh Santo Agustinus, ketika kita merayakan Ekaristi kudus, kita ditransformasikan ke dalam apa yang kita terima, kita diangkat ke dalam Dia yang kita terima. Kristus yang hadir dalam Ekaristi hidup dan tinggal di dalam Bapa, sehingga memungkinkan kita untuk hidup dan tinggal di dalam Bapa. Dengan demikian, Ekaristi adalah kesempatan bagi kita untuk mengalami keabadian, untuk masuk ke dalam keintiman kehidupan ilahi.

Seperti orang banyak yang selalu mengikuti Yesus, kita semua tentunya ingin berjumpa dengan Yesus. Kita ingin memiliki persahabatan yang lebih akrab dengan-Nya. Kita ingin merasakan kehadiran Yesus dalam hidup kita. Pertanyaannya, sejauh mana hubungan kita dengan pribadi Yesus? Sejauh mana kita membiarkan kekuatan Yesus meresap ke dalam hidup kita? Sejauh mana pribadi Yesus mendefinisikan identitas kita? Kesempatan yang paling tepat untuk menguatkan keakraban hubungan kita dengan Yesus adalah ketika kita menerima tubuh dan darah-Nya dalam perjamuan Ekaristi. Dia memberikan diri-Nya kepada kita, agar kita mampu membentuk hidup kita menjadi sebuah hadiah yang penuh kasih bagi Allah. Yesus memberi tahu kita dengan jelas, “Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

Sejalan dengan itu, Rasul Paulus dalam bacaan kedua berkata, “Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu” (1Kor. 10:16-17). Ketika kita ambil bagian dalam Ekaristi, kita menjadi satu tubuh Kristus. Di sini Ekaristi menuntut setiap umat beriman, dalam keserupaan dengan Allah, untuk menerjemahkannya ke dalam inisiatif-inisiatif yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Perayaan Ekaristi harus memampukan kita untuk membangun persatuan dan solidaritas karena melaluinya kita menjadi anggota tubuh Kristus yang mulia. Keikutsertaan dalam Ekaristi mesti mendorong setiap pribadi kepada tindakan yang memungkinkan setiap umat beriman untuk membangun persatuan karena melalui persekutuan, kita menjadi anggota yang hidup dari tubuh Yesus yang mulia.

Semoga cahaya Roh Kudus mentransformasikan hidup kita dan menjadikan kita roti hidup bagi sesama yang lain, yang lapar dan haus akan kasih dan kebenaran.