Yohanes 16:29-33
Kata murid-murid-Nya: “Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah.” Jawab Yesus kepada mereka: “Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”
***
“Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia,” demikian sabda Yesus kepada para murid-Nya. Yesus mengetahui bahwa murid-murid-Nya akan terus mengalami pencobaan. Sebagai manusia lemah yang masih berada di dunia ini, mereka akan senantiasa berhadapan dengan banyak kesulitan. Para murid yang diberi tugas untuk mewartakan ajaran Yesus akan mengalami tantangan. Yesus ingin mengatakan bahwa tidak ada jalan mulus atau instan untuk menjadi murid-Nya. Berbagai kesulitan dan penderitaan pasti akan dialami oleh setiap murid Tuhan. Oleh karena itu, Ia meneguhkan mereka dengan menunjukkan pada kesudahan akhir yang pasti, yaitu harapan atas dasar iman.
Di tengah segala kesulitan hidup sebagai murid Tuhan, iman akan Tuhan dan harapan akan penyertaan-Nya sangat penting. Kesulitan harus dihadapi dengan bersandar pada kekuatan yang bersumber dari Tuhan sendiri. Kita membangun kekuatan atas dasar harapan. Keputusasaan tidak akan membuat hidup kita bertumbuh. Justru harapan sering kali dimunculkan saat kita menghadapi badai kehidupan. Dengan berpegang pada harapan, kita mempunyai senjata ampuh untuk bangkit dari keterpurukan hidup. Harapan mendorong kita untuk semakin beriman kepada Tuhan.
Mengapa kita harus berharap? Sebab, Yesus telah mengalahkan dunia. Kesulitan dan penderitaan sebagai murid Tuhan tidak akan melampaui kemampuan kita. Yesus telah menjadi pribadi yang mengalahkan itu semua. Ia menunjukkan bagaimana berharap di saat mengalami kesulitan sebagai hamba yang menderita. Berkat ketaatan-Nya dan relasi-Nya yang erat dengan Bapa, Yesus mampu mengalahkan maut. Yesus menghendaki agar kita juga seperti diri-Nya, yaitu memiliki hati yang penuh dengan harapan.
Hati yang penuh harapan adalah hati yang dengan sendirinya memiliki kekuatan. Dengan berharap, kita menguatkan hati kita supaya tidak jatuh pada sikap meninggalkan Tuhan atau bahkan menyalahkan Dia atas segala penderitaan yang kita alami. Sekalipun mengalami penganiayaan, hati kita akan dikuatkan jikalau kita bertekun dalam pengharapan akan hal-hal yang tidak kelihatan. Dengan berharap, kita sepenuhnya menyerahkan seluruh pergulatan hidup kita pada penyelenggaraan Tuhan. Tuhan akan membimbing langkah hidup kita semua yang percaya sepenuhnya pada bimbingan-Nya.