Bicara dengan Hati

Minggu, 21 Mei 2023 – Hari Minggu Paskah VII

78

Yohanes 17:1-11a

Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu.”

***

Dalam seruan Paus Fransiskus pada Hari Minggu Komunikasi Sedunia yang jatuh pada hari ini dinyatakan: “Kita adalah apa yang kita komunikasikan.” Di tengah dunia yang condong ke arah ketidakpedulian dan kemarahan, informasi yang palsu dan eksploitatif sering kali membuat kita keliru akan kebenaran yang sejati. Karena itu, hati sebagai sarana komunikasi adalah bagian sentral dalam menghadapi situasi dunia yang demikian.

Komunikasi yang menggunakan hati ditunjukkan oleh Yesus dalam hubungan-Nya dengan Bapa. Yesus yang mengenal Bapa-Nya dengan sangat dalam menghendaki kita, para murid-Nya, untuk mengenal persatuan itu dalam hati kita masing-masing dengan penuh kasih. Yesus menghendaki adanya hubungan yang didasari pada “pengenalan” dengan menggunakan hati untuk mendengarkan dan mengasihi Allah. Hubungan yang demikian membuat para murid dapat mengenal Bapa, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah diutus-Nya.

Menjadi tantangan bagi para murid untuk senantiasa mengenal Yesus dan Bapa. Bagaimana caranya? Berbicara dengan hati. Berbicara dengan cara ini membuat kita dapat bertindak berdasarkan cinta. Sebagaimana Yesus berbicara dengan cinta terhadap para murid-Nya, kita juga mau berkomunikasi dengan cinta. Cinta tumbuh dan berkembang dalam hati manusia, sebab hati menjadi tempat manusia belajar mengambil suatu tindakan yang benar, yang berasal dari Allah. Di saat kita menjadi apa yang kita komunikasikan, kita dapat menunjukkan bagaimana hati kita berbicara terhadap situasi-situasi yang sulit di dunia ini.

Tindakan yang berasal dari hati yang mencintai akan mampu membongkar kelaliman dan kekerasan yang terjadi. Komunikasi menggunakan hati akan membuat kita semakin mampu berdialog dengan banyak orang, membangun dunia menjadi lebih baik, dan menyebarluaskan kebenaran cinta kasih Tuhan. Tindakan yang berasal dari hati akan membongkar kebohongan dan mewujudkan kebenaran. Pada akhirnya, berbicara dengan hati menjadikan kita saksi hidup yang konkret karena kita telah mengenal Yesus dan Bapa.

Agar dapat selalu berbicara dengan hati, kita harus senantiasa menjalin relasi dengan Allah dalam doa. Doa yang lahir dari hati adalah sarana bagi kita untuk mengenal Allah. Doa yang terus-menerus dilantunkan membuat kita menjadi milik Allah. Yesus menunjukkan betapa doa adalah ungkapan relasi saling memiliki. Tanpa doa, seseorang tidak mungkin mengenal Allah. Bagaimana mungkin kita percaya tanpa mengenal pihak yang kita percayai? Demikianlah dengan berdoa kepada Allah, kita mengenal Dia. Pada akhirnya, kita diangkat menjadi milik Allah. Hidup kita sepenuhnya diserahkan kepada-Nya.