Menderita karena Berbuat Baik

Minggu, 14 Mei 2023 – Hari Minggu Paskah VI

261

1 Petrus 3:15-18

Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, daripada menderita karena berbuat jahat. Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh.

***

Semua orang pasti akan mengalami penderitaan dalam kehidupan di dunia ini. Yang dapat kita pilih adalah apakah kita mau menderita karena berbuat baik atau karena berbuat jahat. Secara teoretis, opsi pertamalah yang seharusnya kita pilih. Namun, dalam kenyataan, yang terjadi tidak sesederhana itu. Atas nama kebutuhan hidup dan keinginan diri, jalan pintas yang melanggar nilai-nilai kebenaran dan keadilan sering kali diambil, yakni dengan melakukan suap, kolusi, korupsi, dan sebagainya. Penderitaan, misalnya hukuman penjara, menjadi akibat yang tidak terlalu menakutkan. Lihat, banyak orang siap menderita demi perbuatan jahat!

Berbeda halnya dengan jalan yang ditempuh Yesus. Ia siap menderita karena perbuatan yang baik. Mewartakan kasih Allah, menyembuhkan orang sakit, dan menyapa orang berdosa adalah sebagian dari hal-hal positif yang dilakukan-Nya. Namun, alih-alih penerimaan dan ucapan terima kasih, penderitaanlah yang Ia dapat. Perlukah hal itu disesali? Tidak. Ia yang benar telah rela mati untuk orang-orang yang tidak benar. Karena itu, meskipun Yesus mati disalib, para pengikut-Nya tidak boleh merasa malu. Penderitaan dan kematian-Nya harus kita pandang dengan kepala tegak dan rasa bangga.

Kita semua hendaknya tidak membuat pengorbanan Yesus menjadi sia-sia. Sebagai pengikut-Nya, kita diundang untuk menempuh jalan yang telah dipilih oleh sang Guru. Hanya jika ada orang-orang yang rela menderita dan mati demi kebenaran, dunia akan berkembang ke arah yang semakin baik. Memang, hal itu sungguh tidak ringan. Tidak heran jika tidak banyak orang yang rela melalui jalan ini. Namun, mengingat nilai positif yang terkandung dalam penderitaan tersebut, semoga kita menjadi salah satu di antara sedikit orang itu.