Yohanes 15:18-21
“Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku daripada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.”
***
Pada Idulfitri lalu, saya memberi ucapan selamat lewat pesan WhatsApp kepada seorang sahabat Gusdurian. Dia adalah seorang ustaz yang dikenal gigih memperjuangkan toleransi dan kebebasan beragama, serta giat membantu umat beragama lain untuk mendapatkan izin pembangunan rumah ibadah yang sering kali dipersulit. Ucapan saya dibalas dengan mengatakan terima kasih sambil mengirimkan link unggahan tulisannya di Facebook.
Saya membaca tulisannya yang menarik itu. Di awal tulisan, dikatakan bahwa dia banyak mendapat ucapan selamat Idulfitri dari teman-teman Kristen. Dia lalu memaparkan bahwa banyak umat Gereja yang mendukung puasa umat Islam dengan ikut membagi takjil, memberi bingkisan, bahkan merelakan Gereja sebagai tempat buka puasa bersama, padahal waktu itu Jumat Agung. Demikianlah, dia memaparkan bagaimana umat Kristen sangat toleran. Yang paling menarik bagi saya adalah kata-kata ini: “Yang paling membingungkan, mereka tetap saja seperti itu tiap tahun meski di-bully, dicaci maki, dan dipersekusi. Kesimpulanku satu: Orang Kristen tidak hanya baik, tetapi buaaik.”
Terus terang, saya sangat terharu membaca tulisannya itu. Saya lalu membalasnya dengan mengatakan: “Terima kasih banyak, Mas. Kami hanya mencoba mengikuti Yesus dan melakukan apa yang Dia ajarkan kepada kami. Dan, kami yakin, banyak juga saudara-saudara Muslim seperti Njenengan yang mampu melihat kebaikan Tuhan dalam perbedaan.”
Dalam bacaaan Injil hari ini, Yesus mengingatkan kita akan konsekuensi menjadi pengikut-Nya. Dunia membenci Yesus, dan karena kita bukan lagi dari dunia ini setelah Yesus memilih kita, dunia pun membenci kita. Yang dimaksud Yesus dengan dunia adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah yang mengutus Yesus. Kita bisa menyaksikan dan merasakan banyaknya tantangan yang kita alami dalam menghidupi iman kita. Banyak penolakan dan penganiayaan, mulai dari skala yang paling kecil sampai yang paling besar. Kebebasan kita untuk menyembah Tuhan dihalangi; terjadi pula penyiksaan terhadap saudara-saudara kita di belahan bumi lain. Kenyataan ini tepat seperti yang dikatakan Yesus, bahwa salib adalah jalan kita. Kita tidak mempunyai pilihan lain karena kita tidak lebih tinggi daripada Tuhan kita Yesus Kristus yang sudah mengalaminya terlebih dahulu.
Meski kita harus menanggung banyak penderitaan, salib mengajarkan kita untuk tetap teguh dan bertahan dalam kebaikan. Penderitaan dan penyiksaan tidak akan mampu memadamkan cinta kita kepada Tuhan. Salib tidak melemahkan kita, tetapi justru menguatkan kita untuk lebih setia memberikan kebaikan-kebaikan kepada sesama, bahkan kepada orang yang menganiaya kita, untuk menunjukkan bahwa Allah itu mahabaik.
Salib adalah cinta tanpa memandang muka, dan salib adalah kekuatan yang akan mengantar kita dan semua orang kepada Allah. Semoga kita tetap setia pada salib Kristus dan membagikan buah-buah kebaikannya kepada sesama.