Rahmat Kebangkitan, Rahmat Totalitas

Kamis 13 April 2023 – Hari Kamis dalam Oktaf Paskah

89

Lukas 24:35-48

Lalu kedua orang itu pun menceritakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.

Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: “Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.

Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”

***

Tidak cukup Yesus menjumpai dua orang murid yang berjalan ke Emaus. Ia kemudian juga menjumpai para murid yang sedang berkumpul bersama-sama. Mereka masih terguncang karena peristiwa kematian Yesus. Bagi mereka, Yesus datang membawa penghiburan, peneguhan, dan penguatan. Yang menarik, Yesus memberikan bukti: Ia menunjukkan tangan dan kaki-Nya; Ia pun makan ikan di hadapan mereka.

Hidup kita akrab dengan bukti. Seorang kekasih ingin mendapat bukti cinta dari pasangannya. Seorang atasan ingin mendapat bukti kesetiaan dari para karyawannya. Seorang konsumen ingin mendapat bukti perihal kualitas barang yang dibelinya. Bukti rupanya merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan ini.

Bukti menjadi tanda keseriusan dalam hidup. Orang yang memberi bukti menunjukkan kesungguhannya dalam melakukan tanggung jawab. Seorang siswa memberi bukti ketekunannya dengan hasil belajar yang baik. Orang tua memberi bukti kasih sayangnya dengan memberikan waktu yang cukup bagi anak. Seorang pengusaha memberi bukti kepeduliannya dengan memperhatikan kesejahteraan para karyawan.

Mari kita bertanya pada diri kita masing-masing: Apa buktinya bahwa kita mengasihi Tuhan? Memang, kasih Tuhan terhadap kita tanpa syarat. Namun, sungguh keliru kalau kita lalu menyepelekan bukti dan mulai bertindak seenaknya. Bukti menjadi tanda keseriusan kita menanggapi kasih Tuhan. Bukti menjadi tanda keseriusan kita bekerja sama dengan gerak ilahi. Tanpa bukti, kita justru melecehkan dan menghina kasih-Nya.

Luka-luka di tangan dan kaki Yesus adalah bukti keseriusan kasih Tuhan. Dia rela mati demi hidup kita. Ini berarti Dia sungguh serius dengan keselamatan kita.

Mari kita mohon rahmat Paskah agar kita diberi keseriusan dan totalitas dalam kehidupan ini.