Yesus Jalan Keselamatan

Sabtu, 8 April 2023 – Vigili Paskah

90

Matius 28:1-10

Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu. Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: “Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu.” Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: “Salam bagimu.” Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”

***

Orang Yahudi hidup menurut hukum Taurat dengan secara ketat mematuhi aturan-aturan yang ada di situ, termasuk aturan tentang hari Sabat. Hari Sabat dipandang begitu sakral, sampai-sampai mereka tidak mau memasuki gedung pengadilan di istana Pilatus, sebab tempat itu dipandang najis. Perihal orang-orang yang dihukum mati, mayat-mayat mereka yang tergantung mesti segera diturunkan menjelang hari Sabat tiba. Kalau mereka belum mati, orang-orang itu mesti segera dibunuh.

Namun, amat jelas bahwa ketentuan hari Sabat telah diotak-atik dan dipolitisasi sedemikian rupa sehingga pelaksanaannya hanya memperhatikan mana yang dipandang menguntungkan. Terbukalah pemahaman kita, bahwa orang-orang Yahudi, tepatnya imam-imam kepala dan ahli Taurat, telah melakukan hal yang paling najis, yakni pembunuhan.

Jangan bersedih hati karena Yesus mati, namun lihatlah bagaimana Ia mati! Yesus mati untuk menunjukkan solidaritas-Nya terhadap mereka yang teraniaya. Di sisi lain, ada juga orang-orang yang solider dengan Yesus, antara lain Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus, seorang Farisi yang memiliki hati lurus. Mereka merawat jenazah Yesus dan menguburkan-Nya. Kedua-Nya adalah contoh tokoh-tokoh masyarakat yang masih mendengarkan suara hati dan menjunjung tinggi kebenaran.

Pada hari Sabat, Yesus dikuburkan di makam pinjaman. Sepanjang hidup, Ia memang serba meminjam. Saat lahir, Ia lahir di kandang pinjaman. Saat di Kapernaum, Ia tinggal di rumah pinjaman. Saat mengajar dari atas perahu, Ia naik ke atas perahu pinjaman. Saat masuk ke Yerusalem, Ia naik keledai pinjaman. Saat merayakan Paskah, Ia memakai rumah pinjaman. Kini Ia dikuburkan di kubur pinjaman. Yesus mati sebagai orang yang sungguh miskin. Ia tidak memiliki apa-apa di dunia ini agar kita menjadi kaya.

Sekarang Yesus menjadi Tuhan atas hari Sabat. Ia menjadi model sempurna akan hidup yang menuju keselamatan. Hidup Yesus adalah model bagi hidup orang yang ingin merasakan keselamatan. Keselamatan itu akan tampak dalam diri Yesus karena Ia telah memulihkan kemanusiaan. Martabat manusia sebagai citra Allah dipulihkan oleh-Nya.