Tulus Hati seperti Yusuf

Senin, 20 Maret 2023 – Hari Raya Santo Yosef

107

Matius 1:16, 18-21, 24a

Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan tampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”

Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.

***

Paus Fransiskus dalam Surat Apostolik Patris Corde mengatakan: “Yusuf sangat gelisah menghadapi peristiwa Maria yang mengandung. Dia tidak memahami hal itu dan tidak ingin mencemarkan nama baik Maria di depan umum. Ia berencana untuk menceraikan Maria secara diam-diam” (PC 3). Ada dua model perceraian dalam tradisi Yahudi saat itu, yakni perceraian secara terbuka di depan umum dan secara tertutup atau diam-diam dengan dua orang saksi. Yusuf ingin menceraikan Maria secara tertutup. Namun, ketika ia mempertimbangkan hal itu, Allah campur tangan. Melalui malaikat, Ia bersabda, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”

Orang Yahudi sudah terbiasa dengan perempuan yang mengandung karena campur tangan Allah, seperti Sara yang mengandung Ishak dan istri Manoah yang mengandung Simson. Namun, mereka mengandung pada usia lanjut. Hal itu berbeda dengan Maria yang mengandung pada usia muda dan tetap perawan. Inilah pemenuhan nubuat Nabi Yesaya: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel.” Setelah mendengar perkataan malaikat tersebut, Yusuf taat kepada Allah dengan mengambil Maria sebagai istrinya. Ia adalah pribadi yang tulus hati, taat, dan percaya kepada Allah.

Mari kita belajar dari Yusuf yang tulus hati, taat, pekerja keras, dan percaya pada penyelenggaraan Allah. Pengalaman dilematis seperti Yusuf mungkin kita alami juga dalam hidup kita. Dalam situasi demikian, kita perlu mengandalkan Tuhan. Kita perlu percaya bahwa Tuhan menerangi hati dan akal budi kita saat kita berhadapan dengan masalah dan menanggung berbagai persoalan hidup lainnya.