Membuka Hati

Sabtu, 25 Februari 2023 – Hari Sabtu sesudah Rabu Abu

91

Lukas 5:27-32

Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.

Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”

***

Ada tiga tokoh yang bisa menjadi bahan permenungan kita hari ini. Dari mereka, kita bisa berkaca tentang tindakan dan perasaan kita.

Pertama, Lewi. Dia adalah seorang pemungut cukai yang dianggap sebagai seorang berdosa oleh orang-orang sekitar. Menariknya, Lewi malah dipanggil menjadi pengikut Yesus, dan Yesus pun singgah untuk makan serta minum di rumahnya.

Kedua, orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Kelompok ini terdiri dari pribadi-pribadi yang sering merasa benar sendiri atas segala aturan agama. Mereka melihat Lewi dengan sinis, dengan anggapan bahwa dia ini seorang pendosa, sedangkan mereka adalah orang-orang benar. Melihat Yesus singgal di rumah Lewi, mereka menjadi kesal dan iri hati. Menanggapi mereka, Yesus mengatakan bahwa yang membutuhkan tabib itu orang sakit, bukan orang sehat.

Ketiga, Yesus. Yesus adalah pribadi yang mau mengangkat hidup dan diri seseorang dari jurang dosa. Ia tidak segan hadir dan singgah di dasar yang terdalam hidup seseorang, sehingga orang itu tergerak untuk bertobat dan bersedia menjadi pengikut-Nya.

Dalam refleksi saya, bacaan Injil hari ini dapat diringkas dalam satu kata, yakni “hati”. Bahwa Yesus singgah di rumah Lewi, ini adalah sebuah ungkapan kalau Ia mau masuk ke dalam diri dan kedalaman orang itu. Rumah Lewi yang disinggahi Yesus adalah ungkapan simbolis bahwa Yesus mau masuk ke dalam hatinya, dan Lewi sendiri membuka hati untuk menerima kehadiran Yesus. Berbeda dengan itu, orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengisi hati mereka melulu dengan aneka pembenaran dan ajaran sendiri. Orang-orang itu tidak mau membuka hati mereka bagi Yesus.

Hari ini, marilah kita belajar mengikut Yesus dengan melakukan sesuatu yang amat sederhana, yaitu membuka hati. Maukah kita membuka hati untuk menerima Yesus, untuk membiarkan Dia singgah di dalam diri kita? Jika kita membuka hati bagi Yesus, pada akhirnya kita akan diubah oleh-Nya.