Panggilan untuk Menyerupai Yesus

Kamis, 23 Februari 2023 – Hari Kamis sesudah Rabu Abu

70

Lukas 9:22-25

Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”

***

“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Itulah sabda Yesus kepada kita semua yang menjadi murid-murid-Nya. Jika mau sungguh menjadi pengikut-Nya, kita harus berani menyangkal diri dan memikul salib kita. Mengapa diri ini harus disangkal dan mengapa kita wajib memikil salib kita?

Saya ingin mengemukakan sebuah analogi. Saat memberi rekoleksi bagi murid-murid SMA Yohanes di Ketapang, saya mengatakan bahwa para pelajar perlu menyangkal diri dalam rangka menggapai kesuksesan dalam belajar. Demi mendapat nilai yang baik, mereka pasti akan rela belajar lebih keras dan melupakan handphone serta YouTube. Dengan itu, mereka menyangkal kehendak untuk mencari kenikmatan. Penyangkalan diri itu akhirnya akan membuahkan hasil yang indah bagi mereka.

Kita menyangkal diri demi sebuah tujuan utama sebagai pengikut Yesus, yaitu berbuat dan bertindak seperti Dia. Sudah pasti, sebagai manusia, kita punya kecenderungan untuk lebih memilih hal-hal yang menyenangkan dan yang membuat aman. Namun, sebagaimana obat itu tidak enak tetapi menyembuhkan, menyangkal diri dan memanggul salib adalah sarana untuk menggapai kesembuhan. Orang yang hanya mencari yang enak dan nyaman itu ibaratnya pribadi yang malas bergerak dan suka makanan-makanan manis. Ia lama-lama akan terkena sakit gula.

Kita menyangkal diri demi menggapai tujuan kita diciptakan, yaitu untuk memuji dan memuliakan Allah. Hal-hal yang dianugerahkan oleh-Nya dan yang kita nikmati di dunia ini adalah sarana untuk mencapai tujuan itu. Pada Masa Prapaskah ini, penyangkalan diri macam apa yang kita pilih?