Markus 8:11-13
Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari-Nya suatu tanda dari surga. Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.” Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang.
***
Seorang siswa bercerita bahwa suatu saat, ia bingung dengan pilihan hidupnya. Ia berdoa, memohon agar Tuhan menunjukkan pilihan terbaik dengan memberikan tanda tertentu. Namun, menurutnya, Tuhan tidak kunjung memberikan tanda. Ia pun marah pada Tuhan. Sejak saat itu, ia tidak mau berdoa dan tidak pergi ke gereja.
Meminta tanda atau bukti telah menjadi hal yang lumrah bagi banyak orang. Seorang atasan yang meragukan kinerja bawahannya akan meminta bukti yang menunjukkan komitmen bawahannya itu. Demikian pula seorang istri yang ragu dengan kesetiaan suaminya pasti akan menuntut bukti dari sang suami.
Cara seperti itu sering kali diterapkan juga dalam relasi kita dengan Tuhan. Banyak orang menuntut bukti dari Tuhan, sebagaimana yang dilakukan orang Farisi terhadap Yesus. Dengan menuntut tanda atau bukti, kita memaksa Tuhan menuruti pikiran dan kehendak kita, seolah-olah apa yang kita pikirkan adalah yang paling benar, seolah-olah apa yang kita kehendaki sangat tepat.
Namun, pikiran Tuhan jauh melampaui pikiran manusia. Kehendak Tuhan jauh mengatasi kehendak kita. Tuhan memang bekerja dengan tanda-tanda. Akan tetapi, Ia melakukannya atas kehendak-Nya sendiri dengan tujuan tertentu. Dengan demikian, kita tidak bisa memaksakan kehendak kita kepada Tuhan dengan dalih apa pun.
Daripada menuntut tanda, alangkah baiknya kita meminta Tuhan untuk mencerahkan hati dan budi kita supaya kita memahami kehendak-Nya dengan benar. Kita selaraskan pikiran dan kehendak kita dengan-Nya. Kita perlu mengembangkan sikap ini terus-menerus agar iman kita semakin mendalam. Percayalah bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita. Ia pasti menolong kita.