Orang yang Kita Kenal

Rabu, 1 Februari 2023 – Hari Biasa Pekan IV

103

Markus 6:1-6

Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mukjizat-mukjizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” Ia tidak dapat mengadakan satu mukjizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.

Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.

***

Setelah melakukan perjalanan menjelajahi kota dan desa, melakukan berbagai mukjizat, mengajar orang banyak, dan mendapatkan banyak pengikut, Yesus kembali ke Nazaret, tempat Ia dibesarkan. Kiranya para murid senang mengikuti Yesus ke tempat asal-Nya. Mereka berpikir bahwa penduduk kota akan sangat senang melihat Yesus lagi karena banyak cerita tentang mukjizat dan pengajaran-Nya yang berwibawa. Namun, para murid ternyata segera mendapat kejutan yang tak terduga.

Setelah tiba di Nazaret, Yesus masuk ke rumah ibadat dan mengajar. Ia mengajar dengan penuh hikmat dan wibawa, tetapi penduduk setempat malah menjadi bingung. Mereka saling bertanya satu sama lain, “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya?” Mereka bingung justru karena mereka mengenal Yesus. Ia adalah anak tukang kayu, putra Maria, dan mereka pun mengenal kerabat-Nya yang lain.

Kesulitan utama penduduk Nazaret adalah karena mereka mengenal Dia. Mereka tahu di mana Yesus tinggal, mengenal-Nya saat tumbuh dewasa, serta tahu banyak hal tentang Dia. Karena itu, mereka bertanya-tanya bagaimana Yesus bisa menjadi begitu istimewa. Mengapa Ia sekarang bisa mengajar dengan penuh wibawa? Bagaimana mungkin sekarang Ia melakukan mukjizat? Keheranan penduduk Nazaret kemudian berubah menjadi keraguan, kritik, bahkan penghakiman.

Godaan yang sama bisa saja kita alami. Sering kali kita lebih mudah mengagumi orang asing yang jauh daripada orang yang kita kenal baik. Ketika ada hal-hal yang viral, kita mudah untuk segera bergabung dalam kekaguman. Namun, ketika mendengar kabar baik tentang seseorang yang kita kenal, kita mudah tergoda untuk cemburu, iri, bersikap skeptis, bahkan kemudian membabi buta menghujaninya dengan kritik.

Lihatlah orang-orang suci. Mereka juga memiliki keluarga. Setiap keluarga bisa menjadi jalan, yang mana melalui itu Tuhan akan melakukan hal-hal besar. Alih-alih mengejutkan dan membuat kita kecewa, ini seharusnya menginspirasi kita.

Kita seharusnya bersukacita ketika mereka yang dekat dengan kita, yang akrab dengan kita, digunakan dengan penuh kuasa oleh Tuhan. Kita perlu terus berlatih untuk melihat melampaui permukaan, untuk menerima bahwa Tuhan bersemayam di dalam setiap orang. Kita harus terus berusaha menemukan kehadiran Tuhan di sekitar kita, terutama dalam kehidupan orang-orang yang sangat kita kenal.