Tenang dan Lega karena Tuhan

Rabu, 7 Desember 2022 – Peringatan Wajib Santo Ambrosius

111

Matius 11:28-30

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

***

Kapan saja dalam hidup ini kita sadar secara sungguh-sungguh bahwa kita datang kepada Tuhan? Kalau kita datang kepada-Nya, kira-kira apa yang kita bawa? Apakah segenap persoalan hidup? Lantunan syukur atas beragam kesuksesan? Ataukah kekosongan batin yang sering kali membuat kita ragu untuk tetap beriman?

Yesus hari ini mengajak kita untuk berani datang kepada-Nya. Ia mengundang kita untuk masuk dalam hati-Nya. Mengapa? Sebab, Yesus tahu bahwa kita bukanlah orang yang mudah merasa lega. Yesus tahu bahwa setiap saat kita harus berjuang untuk bertahan dalam kebenaran, dan perjuangan itu tidak mudah. Mungkin saja kita justru jatuh pada kecemasan dan ketakutan; mungkin saja kita bahkan tergoda untuk mengandalkan dunia. Karena itu, Yesus menjanjikan ketenangan.

Kita butuh ketenangan agar api iman kita tetap terjaga. Dunia ini terlalu bising karena banyak hal, sehingga membuat kita mudah goyah atas suatu pilihan yang benar. Kebisingan ini terkadang membuat kita tidak mampu mendengar gerak roh dalam hati. Kita terlalu sibuk melakukan banyak hal, sehingga akhirnya jatuh pada kelelahan fisik, kecemasan psikologis, maupun kemurungan hidup. Inilah siklus kehidupan sebagai bagian dari wajah dunia. Ringkasnya, kita butuh waktu untuk tenang agar bisa menata batin.

Ketenangan hanya bisa ditemukan di dalam Tuhan. Untuk mengalami hal itu memang tidak mudah, sebab kita harus berjuang menjaga jarak dari kesibukan duniawi. Karena itu, Yesus menjanjikan ketenangan yang disertai kelegaan. Setiap orang butuh merasa lega, agar hidupnya bisa mencapai suasana penuh syukur. Buah dari kelegaan itu adalah kenyamanan tinggal bersama Tuhan. Ada yang hanya butuh waktu diam sejenak di ruang adorasi atau kapel untuk menemukan kelegaan batin; ada pula yang butuh bersorak-sorai dalam ibadat pujian untuk merasakan kelegaan rohani.

Apa pun cara dan bentuknya, jika sama-sama membuahkan kesadaran akan kelegaan sejati, itu adalah jalan kebenaran. Yang perlu kita ingat, Tuhan selalu mengundang kita. Tuhan tidak pernah menutup pintu; Ia justru bergerak mencari kita di tengah kesibukan dunia. Pertanyaannya, apakah kita sadar akan karya keselamatan Tuhan ini? Semoga kita mempunyai pengalaman ditenangkan dan diberi kelegaan oleh Tuhan setiap hari agar iman kita semakin diteguhkan dalam kehidupan ini.