Matius 18:12-14
“Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu daripada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.”
***
Perikop tentang penyelamatan domba yang hilang hari ini sebetulnya mengajak kita semua untuk menyadari arti cinta kasih Allah. Setiap pribadi merupakan subjek yang akan diselamatkan oleh sang Gembala Agung. Artinya, kita adalah orang yang selalu dikasihi Allah. Kasih Allah itu personal sebagaimana gembala yang mencari satu ekor dombanya yang hilang dari kawanan.
Personalnya cinta kasih Allah relevan dengan kondisi hidup masing-masing orang. Kasih Allah kepada mereka yang sukses dalam hidup jelas berbeda bentuknya dengan kepada mereka yang masih harus berjuang mengatasi kemiskinan. Kasih Allah kepada anak sekolah berbeda bentuknya dengan kepada mereka yang setiap hari sibuk bekerja. Kendati berbeda bentuk, semangatnya tetap sama, yaitu memberi kesejahteraan secara adil dan benar. Karena itu, kita perlu menyadari: Bentuk kasih Allah macam apakah yang selama ini kita terima?
Perikop tentang domba yang hilang juga mengajak kita untuk merasakan pengalaman dikasihi oleh Allah. Tanpa pengalaman dikasihi Allah, kita tidak akan mungkin berbagi cinta kasih kepada sesama. Setiap orang perlu memiliki kisah kasih Allah, sebab yang kita wartakan adalah kebaikan-Nya. Kita mewartakan tentang Allah yang selalu punya waktu untuk menyertai kita. Kita bersaksi tentang kehadiran-Nya dalam diri kita sendiri. Seperti domba yang hilang, kita perlu sampai pula pada pengalaman digendong oleh Allah. Pasca-tersesat dan ditemukan oleh gembala, akhirnya domba itu digendong dalam perjalanan pulang menuju kandang. Dengan demikian, yang digunakan untuk berjalan adalah kaki sang gembala. Dia berada di pundak gembalanya. Itulah salah satu bentuk kasih Allah yang rela berkorban bagi keselamatan domba-domba-Nya.
Baik jika kita mencoba merefleksikan berbagai kesulitan hidup yang pernah kita alami. Sering kali hal itu membuat kita pesimis dengan hidup, bahkan mungkin saja membuat kita memasuki alam keputusasaan. Namun, kalau kita selalu berharap pada Allah, kita akan digendong oleh-Nya. Kita akan berjalan melewati kesulitan itu menggunakan kaki Allah. Itulah pengalaman dikasihi. Itulah pula kisah yang kita wartakan, yakni tentang kebaikan Allah yang nyata hadir bagi kita masing-masing.