Lukas 10:21-24
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.”
Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”
***
Tujuh puluh murid yang diutus Yesus untuk mewartakan kedatangan Kerajaan Allah telah kembali dengan selamat (Luk. 10:17-20). Mereka kembali dengan gembira karena berhasil melaksanakan tugas pengutusan dengan baik. Setan-setan takluk kepada mereka dalam nama Yesus. Mendengar itu, Yesus juga merasa gembira. Dalam bacaan Injil hari ini, Ia lalu berdoa dengan penuh sukacita kepada Bapa. Yesus bersyukur karena Bapa berkenan menyatakan kebenaran tentang Kerajaan-Nya, termasuk tentang diri Yesus sendiri, bukan kepada orang bijak dan pandai, melainkan kepada orang kecil.
Salah paham sering muncul di sini, seolah-olah menjadi bijak dan pandai adalah suatu kesalahan, sebab Tuhan ternyata lebih berkenan kepada mereka yang tidak terpelajar. Bukan begitu maksud perkataan Yesus. Dihubungkan dengan perikop sebelumnya (Luk. 10:13-16), yang dimaksud orang bijak dan pandai kiranya adalah orang-orang Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum yang menolak pewartaan Yesus. Merasa cukup dengan diri sendiri, mereka tidak mau membuka hati bagi kebijaksanaan ilahi. Pada mereka, benih-benih sabda yang ditaburkan Yesus tidak jatuh di tanah yang subur, sehingga mati dengan segera. Sementara itu, yang dimaksud dengan orang kecil adalah murid-murid Yesus. Meskipun kecil dari segi jumlah, mereka pantas berbahagia karena berkesempatan memahami kebenaran sejati.
Dengan demikian, perikop ini tidak bermaksud mengajak kita untuk beramai-ramai menjadi orang bodoh. Kita diajak untuk menjadi orang kecil, bukan orang bodoh! Orang kecil adalah mereka yang memercayakan diri pada penyelenggaraan Tuhan, alih-alih pada kemampuan pribadi. Kita bersedia diarahkan oleh-Nya, sebab kita tahu bahwa Tuhan senantiasa menuntun kita pada keselamatan. Inilah undangan Yesus bagi kita hari ini, yakni untuk menjadi orang kecil, untuk menjadi murid-Nya. Kita diundang untuk sungguh membuka diri, sungguh mendengarkan pengajaran-Nya, sungguh pula menghidupinya secara nyata.