Lukas 11:27-28
Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”
***
Bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku, banyak bahasa daerah, dan banyak budaya. Risikonya sangat tinggi jika bangsa yang beraneka ragam ini dihuni oleh pribadi-pribadi dengan semangat primordialisme yang sangat tinggi. Primordialisme adalah sikap dan pandangan yang mengutamakan kepentingan kelompok sendiri, seperti suku, ras, dan agama. Orang yang sangat primordialis akan dengan mudah mengatakan bahwa kelompoknyalah yang paling hebat dan benar, sedangkan kelompok lain buruk dan berada di bawah mereka. Apa yang terjadi jika semangat primordialisme ini juga tumbuh dalam kehidupan menggereja?
Sakramen Baptis menyatukan setiap pribadi pada iman yang sama akan Yesus Kristus, serta komitmen untuk mengikuti-Nya sebagai anak-anak Allah. Di sini, tidak ada lagi sekat-sekat berdasarkan kelompok, sehingga tidak dikenal sebutan Katolik Jawa, Katolik Batak, Katolik Flores, dan sebagainya. Semuanya mempunyai identitas yang sama sebagai pengikut Kristus, sekaligus anak-anak Allah, dalam Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik.
Semangat kesatuan juga ditekankan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia (bacaan pertama, Gal. 3:22-29). Berhadapan dengan orang-orang yang lebih mementingkan dan menonjolkan kelompok sendiri, Paulus mengajarkan, “Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Paulus bahkan memperluasnya dengan menyebut keturunan Abraham: “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.” Ini berarti ia turut menyapa kelompok lain yang juga meyakini Abraham sebagai bapa mereka.
Bacaan Injil hari ini semakin menegaskan pentingnya kesatuan. Bagi Yesus, yang berbahagia bukan hanya keluarga atau mereka yang mempunyai ikatan darah dengan-Nya, melainkan juga semua orang yang mendengarkan sabda Allah dan melaksanakannya. Kebahagiaan dan keselamatan bukan milik eksklusif kelompok atau keluarga tertentu, tetapi milik semua orang yang tekun mendengarkan dan melaksanakan sabda Allah.
Saudara-saudari yang terkasih, firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk berefleksi mengenai relasi kita dengan Allah dan sesama. Di dalam kehidupan menggereja, apakah kita suka mengotak-ngotakkan orang berdasarkan kelompok-kelompok tertentu, misalnya suku, lingkungan, paroki, atau kelompok gerejawi? Dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas, bagaimana sikap kita dengan pemeluk agama dan kepercayaan lain? Apakah kita bersikap terbuka dan toleran dengan mereka yang berbeda dalam hal suku, ras, budaya, dan agama? Mari kita bersikap terbuka terhadap mereka yang mempunyai kehendak baik untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik pula. Semoga pada akhirnya semua mahkluk di bumi bisa berbahagia karena bersama-sama mengusahakan kebaikan bersama.