Lukas 10:38-42
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil darinya.”
***
Saudara-saudari yang terkasih, bersama dengan Gereja Universal, hari ini tanggal 4 Oktober, kita memperingati Santo Fransiskus Assisi. Bacaan Injil hari ini berkisah tentang perjumpaan Yesus dengan Maria dan Marta. Pertanyaannya, apa benang merah antara bacaan Injil hari ini dan kehidupan Santo Fransiskus Assisi? Benang merah dari keduanya yang bisa kita renungkan hari ini adalah bagaimana menjadi sahabat Tuhan.
Ada yang disebut dua belas rasul, ada yang disebut murid-murid, ada pula yang disebut sahabat-sahabat Tuhan. Maria dan Marta adalah sahabat-sahabat Tuhan, sehingga Yesus menyempatkan diri untuk berkunjung dan datang ke rumah mereka. Santo Fransiskus Assisi adalah juga sahabat Tuhan melalui kedekatan dan cintanya terhadap semua ciptaan. Semua ciptaan adalah saudara dan saudarinya.
Kembali kepada Maria dan Marta, kedua pribadi ini adalah sahabat-sahabat Tuhan. Karena itu, tidak mengherankan bahwa ketika Yesus datang, keduanya ingin memberikan yang terbaik. Marta yang aktif dan cekatan melayani dan menyediakan segala sesuatu untuk Yesus, sahabatnya. Sementara itu, Maria duduk di dekat kaki Yesus dan terus menjadi sahabat yang mendengarkan-Nya. Keduanya sama-sama telah memilih dan mengupayakan yang terbaik bagi sahabat mereka.
Namun, mengapa Yesus lalu memperingatkan Marta dan memuji Maria? Apakah Ia bersikap pilih kasih? Pastinya tidak. Yesus memperingatkan Marta karena setelah memilih untuk melayani-Nya, Marta justru menggerutu. Ia merasa diri telah melakukan yang terbaik, sedangkan Maria dianggapnya tidak demikian. Memandang diri lebih tinggi dan lebih baik, sehingga meremehkan orang lain, itulah yang dikritik Yesus atas diri Marta. Baik Maria dan Marta sama-sama telah melakukan yang terbaik, hanya saja Maria menjalankan pilihannya dengan tulus dan sukacita, sedangkan Marta mempunyai perasaan marah dan mungkin pula iri hati.
Saudara-saudari yang terkasih, ketika kita berkomitmen menjadi orang Katolik, kita juga berkomitmen untuk menjadi sahabat Yesus. Menjadi sahabat Tuhan berarti siap untuk memberikan yang terbaik bagi-Nya. Ada banyak cara hidup yang bisa kita pilih untuk mewujudkan cinta kita kepada Tuhan. Santo Fransiskus Assisi memilih cara hidup sebagai biarawan yang peduli dan mengasihi segenap ciptaan; Maria setia duduk menemani dan mendengarkan Tuhan; sedangkan Marta berkomitmen melayani Tuhan. Bagaimana dengan kita? Apa yang akan kita lakukan untuk Tuhan? Aktivitas atau tindakan apa yang kita pilih? Apa pun yang kita lakukan untuk Tuhan, semoga kita melakukannya dengan tulus dan penuh sukacita.