Lukas 6:1-5
Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata: “Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Lalu Yesus menjawab mereka: “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?” Kata Yesus lagi kepada mereka: “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
***
Sabat adalah hari yang paling suci dalam agama Yahudi. Bersama sunat dan makanan kosher, Sabat adalah tiga penanda identitas Yahudi yang utama. Karena itu, melanggar aturan hari Sabat diancam hukuman mati. Jadi, kasus yang terjadi dalam bacaan Injil hari ini tidak main-main. Kaum Farisi, sebagai golongan yang paling menaati Taurat, mempertanyakan perbuatan para murid Yesus yang memetik bulir gandum, meremaskannya, lalu memakan bijinya. Bagi kaum Farisi, perbuatan para murid Yesus itu sudah termasuk melanggar aturan Taurat karena dilakukan pada hari Sabat.
Seperti biasa, Yesus mengembalikan semua peraturan agama pada inti dan maksud Allah yang terdalam. Hari Sabat adalah saat ketika Allah menyempurnakan ciptaan-Nya, saat ketika semua ciptaan menikmati berkat dari-Nya. Orang sakit, menderita, lapar, dan sebagainya adalah orang-orang yang belum menikmati berkat Allah itu. Karenanya, tepatlah jika sakit mereka disembuhkan pada hari Sabat; tepatlah jika kelaparan mereka dikenyangkan pada hari Sabat. Itulah sebabnya Yesus tidak melarang perbuatan para murid-Nya.
Kasus Daud dan para pengikutnya yang memakan roti persembahan dijadikan presedenoleh Yesus. Daud dan para pengikutnya saja boleh, apalagi Yesus yang adalah sang Mesias dan para murid-Nya! Sebagai Tuhan atas hari Sabat, Yesus berhak mengizinkan para murid-Nya untuk memetik dan memakan gandum pada hari Sabat. Pada akhirnya, pribadi Yesus sebagai Anak Manusialah yang menjadi pusat segala hukum dan peraturan. Yesus tidak menghapus aturan tentang hari Sabat. Ia bukanlah seorang yang anti hukum Taurat. Sebaliknya, Dialah yang sekarang berhak menafsirkan aturan Taurat, demi keutuhan, kebaikan, dan keselamatan manusia seperti yang menjadi kehendak dan rencana Allah sejak sediakala.