Yang Kudus dari Allah

Selasa, 30 Agustus 2022 – Hari Biasa Pekan XXII

165

Lukas 4:31-37

Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras: “Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah darinya!” Dan setan itu pun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar darinya dan sama sekali tidak menyakitinya. Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: “Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka pun keluar.” Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu.

***

Sebelumnya, di Nazaret kota asal-Nya, Yesus memproklamasikan apa yang menjadi program misi-Nya (Luk. 4:16-30). Sayang, khotbah-Nya ditolak. Orang-orang bahkan ingin membunuh Dia. Yesus pun berpindah ke Kapernaum. Di sini, para pendengar-Nya bersikap lebih terbuka. Mereka kagum mendengar perkataan-Nya, tetapi hanya berhenti di situ. Jati diri Yesus dan inti misi-Nya belum mereka pahami. Meskipun demikian, program misi Yesus mulai diwujudkan.

Pertama, misi Yesus ditujukan kepada orang miskin dan kaum tertindas. Seorang yang kerasukan roh jahat hidup di bawah penindasan dan belenggu setan. Karena itu, Yesus harus membebaskannya. Manusia bukanlah milik setan dan roh jahat, melainkan kepunyaan Allah. Semua manusia harus menjadi anggota Kerajaan Allah yang sekarang diwartakan dan dihadirkan Yesus. Lewat sabda-Nya yang penuh wibawa, kekuatan setan pun dilenyapkan. Martabat manusia sebagai anak-anak Allah dipulihkan oleh Yesus.

Kedua, pengusiran roh jahat adalah bagian dari pewartaan Yesus di rumah ibadat pada hari Sabat. Pewartaan Injil bukanlah sekadar kata dan rumusan, melainkan harus sungguh menghadirkan perubahan bagi kondisi manusia secara riil dan konkret. Rumah ibadat bukanlah sekadar gedung pewartaan, melainkan harus juga menjadi pusat perubahan. Yesus menghadirkan Injil lewat sabda dan karya-Nya. Itulah juga yang seharusnya menjadi misi para pengikut-Nya. Yesus juga mengembalikan hari Sabat pada inti dan maksudnya yang terdalam, yaitu sebagai saat di mana Allah menyempurnakan dan memberkati manusia dan segenap ciptaan-Nya. Itulah esensi setiap hari raya dan ibadat, yakni kesempatan bagi manusia untuk menerima berkat, penyembuhan, dan penyempurnaan dari Allah. Hari raya keagamaan bukan saja soal ritual dan rumusan, melainkan harus juga menjadi kesempatan berbagi berkat dan menata kehidupan bersama yang lebih adil dan bersaudara.

Ketiga, Yesus dikenal, bahkan oleh roh jahat, sebagai “Yang Kudus dari Allah”. Mereka semua takluk di bawah kekuatan diri dan sabda-Nya. Kekuatan Yesus dan sabda-Nya inilah yang harus terus kita hadirkan di tengah dunia yang sering kali tidak bersahabat ini. Sejak dahulu, pewartaan sabda selalu mendapat tantangan. Akan tetapi, dengan penuh keyakinan akan kekuatan Yesus sebagai “Yang Kudus dari Allah”, kita percaya bahwa tidak satu pun kekuatan manusiawi, duniawi, maupun setani yang mampu menggagalkan pewartaan sabda-Nya.