Keluarga Allah

Jumat, 19 Agustus 2022 – Hari Biasa Pekan XX

227

Matius 22:34-40

Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

***

Saya kira kita semua masih ingat Seruan Apostolik Amoris Laetitia dari Paus Fransiskus pada tahun 2016 yang lalu. Salah satu pesan paus waktu itu ialah membangun keluarga Allah. Benar bahwa Bapa Suci menginginkan agar keluarga Allah lahir dan berangkat dari setiap keluarga kecil, dari keluarga masing-masing. Namun, ia menghendaki pula agar Gereja membangun keluarga yang lebih besar dan lebih luas. Yang ia maksud sebagai keluarga Allah bukanlah sekadar satu keluarga kecil, melainkan Gereja dalam arti sebenarnya, yakni masyarakat dan dunia sebagai sebuah keluarga. Keluarga Allah senantiasa hidup dalam kasih sejati.

Dengan ini, Paus Fransiskus memimpikan sebuah dunia baru, di mana setiap orang dapat hidup bahagia karena diterima dan dicintai orang lain. Untuk itu diperlukan keterbukaan hati setiap orang agar melihat bahwa keluarganya bukan hanya mereka yang tinggal seatap dengannya. Setiap orang, siapa pun itu, yang sering kali diwakili oleh orang-orang kecil, orang-orang yang dikucilkan, diasingkan, dan tidak diperhatikan, adalah keluarganya juga. Berkaitan dengan orang-orang ini, Paus Fransiskus memang menyerukan pentingnya menjadi keluarga bagi mereka.

St. Fransiskus Asisi dalam anggaran dasar yang ditulisnya menyatakan agar para saudaranya saling mencintai dan saling merawat sebagai saudara rohani lebih dari apa yang dapat dilakukan oleh seorang saudara kepada saudara badaninya. Pesan itu kurang lebih sama dengan pesan Paus Fransiskus tentang keluarga Allah atau persaudaraan di dalam Allah: Dari pertalian darah, kita harus bergerak kepada pertalian roh; dari hubungan dan cinta yang sangat terbatas dan sempit, kita harus bergerak kepada hubungan dan cinta yang luas dan tanpa batas.

Demikian juga pesan yang ingin disampaikan Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Pertama-tama, kita telah dikasihi Tuhan dengan cinta yang sangat besar. Karena itu, kita pun dipanggil untuk saling mangasihi, bukan karena kita lahir di dalam keluarga, suku, atau bangsa yang sama, melainkan karena kita adalah keluarga dan saudara di dalam Allah. Di dalam Yesus, kita semua adalah saudara dan merupakan satu keluarga.

“Yesus, kami percaya kepadamu.”