Mengikuti Tuhan

Jumat, 5 Agustus 2022 – Hari Biasa Pekan XVIII

125

Matius 16:24-28

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.”

***

Saat kita melakukan perjalanan di suatu tempat yang asing, memperhatikan rambu-rambu lalu lintas adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Rambu-rambu itu, berupa palang informasi, tanda belok kanan atau kiri, tanda yang menunjukkan tikungan tajam, dan sebagainya, membantu kita untuk sampai tujuan dengan selamat. Tanpanya kita akan mengalami kesulitan. Senada dengan itu, bacaan Injil hari ini menyatakan kepada kita rambu-rambu untuk mengikuti Yesus. Sebagai orang beriman, hidup kita terarah kepada Yesus. Tujuan hidup kita adalah menjadi murid Yesus yang sejati.

Mengikuti Yesus berarti menyangkal diri, siap sedia memanggul salib, bersedia pula kehilangan nyawa. Kata-kata itu terdengar keras, meskipun tentu tidak bisa dipahami secara harfiah. Maknanya adalah: Mengesampingkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan, dan apa saja yang membuat orang bisa “memperoleh dunia”, kita dituntut untuk bersedia mengorbankan segalanya demi Yesus.

Salib adalah tanda kemauan untuk mengabdi, untuk melayani sesama apa pun tantangannya. Salib merupakan tanda penolakan terhadap segala bentuk egoisme. Itulah salib Yesus, salib kasih. Hal yang sama diminta Yesus dari murid-murid-Nya. Setiap pengikut-Nya memiliki salib untuk ditanggung. Penolakan atas salib menjauhkan kita dari semangat pengabdian. Kita kurang terbuka pada pelayanan, sibuk dengan diri sendiri tanpa mau melihat penderitaan sesama. Oleh sebab itu, memikul salib kehidupan berarti juga memiliki komitmen untuk setia pada pelayanan yang dipercayakan kepada kita.

Mengikuti Yesus menuntut kita untuk menerima orang yang ditolak dan dikucilkan oleh orang lain. Kita harus terbuka pada semua orang, terutama mereka yang terpinggirkan. Jangan mengikuti kemauan sendiri dengan hanya mau bergaul dengan orang yang kita sukai. Yesus adalah gambaran mereka yang tidak diterima oleh banyak orang. Oleh sebab itu, mengikuti Yesus berarti ambil bagian dalam hidup-Nya, yaitu menyangkal diri, memanggul salib, dan kehilangan nyawa. Itulah rambu-rambu bagi semua pengikut Yesus apabila ingin sampai kepada-Nya.