Yeremia 26:11-16, 24
Kemudian berkatalah para imam dan para nabi itu kepada para pemuka dan kepada seluruh rakyat itu, katanya: “Orang ini patut mendapat hukuman mati, sebab ia telah bernubuat tentang kota ini, seperti yang kamu dengar dengan telingamu sendiri.”
Tetapi Yeremia berkata kepada segala pemuka dan kepada seluruh rakyat itu, katanya: “TUHAN-lah yang telah mengutus aku supaya bernubuat tentang rumah dan kota ini untuk menyampaikan segala perkataan yang telah kamu dengar itu. Oleh sebab itu, perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, dan dengarkanlah suara TUHAN, Allahmu, sehingga TUHAN menyesal akan malapetaka yang diancamkan-Nya atas kamu. Tetapi aku ini, sesungguhnya, aku ada di tanganmu, perbuatlah kepadaku apa yang baik dan benar di matamu. Hanya ketahuilah sungguh-sungguh, bahwa jika kamu membunuh aku, maka kamu mendatangkan darah orang yang tak bersalah atas kamu dan atas kota ini dan penduduknya, sebab TUHAN benar-benar mengutus aku kepadamu untuk menyampaikan segala perkataan ini kepadamu.”
Lalu berkatalah para pemuka dan seluruh rakyat itu kepada imam-imam dan nabi-nabi itu: “Orang ini tidak patut mendapat hukuman mati, sebab ia telah berbicara kepada kita demi nama TUHAN, Allah kita.”
Tetapi Yeremia dilindungi oleh Ahikam bin Safan, sehingga ia tidak diserahkan ke dalam tangan rakyat untuk dibunuh.
***
Nabi Yeremia benar-benar menunaikan tugas pengutusannya dengan penuh tanggung jawab. Ia berani menghadapi segala risiko. Warta pertobatan disampaikannya dengan lantang. Ia berpegang teguh pada sabda Allah dan hidup benar di hadapan-Nya. Kekhawatiran, ketakutan, dan perasaan kecil hati menjadi sirna berganti dengan perasaan bebas dalam menjalankan tugas pewartaan dan menjalani hidup.
Sang nabi bahkan tidak takut akan kematian badani yang sewaktu-waktu bisa saja menimpa dirinya karena tugas pewartaannya. Allah benar-benar menjadi satu-satunya pegangan hidup baginya. Ia terbebas dari segala kekhawatiran duniawi karena berpegang pada janji Allah. Dengan lantang, ia berseru, “TUHAN-lah yang telah mengutus aku supaya bernubuat tentang rumah dan kota ini untuk menyampaikan segala perkataan yang telah kamu dengar itu.” Sabda Allah yang disampaikan dengan tegas dan lugas itu mendapat tanggapan yang lebih positif. Banyak orang menjadi terbuka dan mau percaya terhadap Nabi Yeremia dan pewartaannya.
“Terbuka dan percaya” merupakan kunci untuk mengalami keselamatan dan hidup baru. Kita pun sering kali tidak mudah percaya terhadap seorang pewarta dan isi pewartaan yang disampaikannya. Bisa jadi kita merasa lebih pandai darinya, tahu kekurangan orang itu, merasa diri hidup rohani kita lebih baik darinya, dan sebagainya. Pada pokoknya, kita tidak mau mendengarkan karena tidak memiliki kerendahan hati.
Itulah yang membuat kita kurang percaya dan kurang mengagumi karya-karya agung Allah. Ada belenggu yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan sabda dan kasih Allah dalam diri kita. Saudara-saudari terkasih, mari kita terus berjuang untuk dapat terbuka dan percaya akan sabda Allah, agar kita semakin mampu memberi kesaksian tentang kasih-Nya yang sungguh mengagumkan.