Matius 13:16-17
“Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”
***
Kebajikan, kebijaksanaan, dan kebaikan pasti akan dikenang dan dibicarakan, untuk selanjutnya diwariskan dan selalu diteruskan. Kitab Sirakh mengajarkan hal tersebut dalam bacaan pertama hari ini, Sir. 44:1, 10-15. Salah satu warisan leluhur adalah kebajikan hidup yang tidak akan lekang oleh waktu. Dengan membicarakan kebajikan hidup, penerusan dan pewarisannya tidak akan pernah berhenti. Tidak hanya itu, pujian dan ucapan syukur pun selalu bergema kepada Allah sebagai sumber segala kebaikan dan kebijaksanaan. Kebajikan tentunya tidak begitu saja dimiliki oleh seseorang, tetapi harus diperjuangkan melalui pembiasaan hidup yang benar.
Hal itu dilakukan oleh Santo Yoakim dan Santa Ana, orang tua Santa Perawan Maria. Kepada sang putri, mereka mewariskan sikap takut akan Allah dan ketaatan pada-Nya. Ini merupakan sarana yang ampuh untuk membentuk pribadi yang berkualitas dan bijaksana. Ketekunan dan perjuangan yang gigih pasti akan menghasilkan buah, meskipun sering kali buah itu tidak dinikmati sendiri. Buah kebaikan dan cinta kasih sangat berguna bagi banyak orang, tidak hanya bagi keluarga atau keturunan sendiri.
Sikap dan cara hidup menuju kebijaksanaan ditopang pula oleh kemampuan mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar segala sesuatu yang benar dari Allah. Itulah yang dikatakan Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Melihat dan mendengar Yesus sangat membahagiakan, sebab dengannya kita menjadi bagian dari pribadi-pribadi yang diselamatkan.
Kehadiran Yesus dalam sabda dan Ekaristi menjadi daya kekuatan kita dalam menempuh perjalanan hidup. Sabda-Nya yang penuh kebijaksanaan harus terus-menerus menjadi bagian hidup kita. Ekaristi yang mempersatukan diri kita dengan Yesus perlu dijaga dan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, agar kerinduan kita akan perjumpaan dengan Yesus sungguh terpenuhi. Hal ini pun dapat menjadi warisan rohani kita bagi banyak orang.