Pemimpin yang Melindungi

Rabu, 29 Juni 2022 – Hari Raya Santo Petrus dan Paulus

138

Matius 16:13-19

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”

***

Kasus-kasus pelecehan seksual terhadap anak di lingkungan Gereja yang mencuat di Amerika, Australia, dan Eropa membuat banyak orang mempertanyakan identitas Gereja Katolik sebagai institusi yang ramah anak. Gereja adalah sakramen kehadiran Allah yang menyelamatkan di dunia. Karena itu, para petugas Gereja seharusnya tampil sebagai pelindung jemaat dan masyarakat, serta menggembalakan dan menuntun umat pada keselamatan.

Sayangnya, tugas Gereja, dalam hal ini pemimpin-pemimpinnya, untuk melayani, menggembalakan, dan melindungi kadang terabaikan. Para pemimpin tidak tampil sebagai pemersatu jemaat. Klerikalisme masih tumbuh dan menjadi penghambat perkembangan Gereja. Seorang tokoh Gereja pernah mengatakan bahwa Gereja mengalami kehancuran bukan karena faktor-faktor dari luar, melainkan dari dalam Gereja sendiri.

Hari ini Gereja merayakan Hari Raya St. Petrus dan Paulus, dua rasul yang sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan Gereja. Petrus yang sebelumnya seorang nelayan dipilih Yesus menjadi murid-nya dan diangkat menjadi pemimpin para rasul serta pemimpin Gereja pertama. Setelah kebangkitan Yesus dan Pentakosta, Petrus menjadi pewarta Injil yang ulung. Hal ini tampak dalam bacaan pertama (Kis. 12:1-11), yang bercerita tentang kegigihan Petrus mewartakan Injil meskipun kemudian dipenjara oleh Herodes. Ini menunjukkan, saat penganiayaan terhadap pengikut-pengikut Yesus tiba, Petrus tampil sebagai pemimpin yang berani.

Dalam bacaan Injil, Yesus dikisahkan memilih Petrus sebagai batu karang atau dasar bagi Gereja-Nya. Batu karang berarti pemimpin yang menjaga dan melindungi Gereja dari gelombang tantangan dunia agar tetap berdiri kokoh. Yesus juga memberikan kunci Kerajaan Surga kepada Petrus. Ini tidak berarti Petrus, sebagai pemimpin Gereja, kemudian menjadi hakim bagi umat yang menentukan siapa yang berhak masuk surga atau tidak. Memegang kunci Kerajaan Surga berarti bertanggung jawab menjaga Gereja agar bebas dari kuasa-kuasa kejahatan.

Sementara itu, Paulus sebagai pewarta iman kepada orang-orang bukan Yahudi menunjukkan kualitasnya sebagai pemimpin yang setia hingga akhir dalam iman akan Kristus. Penganiayaan, penolakan, ancaman, dan tantangan tidak menggentarkan iman dan tekadnya mewartakan Kristus. Ia setia mendampingi jemaat yang telah dibentuknya meski dari dalam penjara. Dia adalah pemimpin yang melindungi dan mengutamakan keselamatan jemaatnya. Dalam bacaan kedua (2Tim. 4:6-8, 17-18), Paulus mengatakan bahwa dia mengejar mahkota kebenaran, bukan pujian dari dunia. Sebagai pemimpin, Paulus tidak mencari kenyamanan diri, tetapi mengutamakan Kristus dan jemaat yang dipimpinnya.

Teladan dua tokoh besar Gereja ini pantas untuk ditiru, khususnya oleh para pemimpin Gereja sekarang. Pemimpin umat harus tampil sebagai pelindung dan penuntun kepada hidup, kepada kebahagiaan, bukan sebaliknya. Sebagai anggota Gereja, segenap umat juga perlu meneladan Petrus dan Paulus, yakni dengan menjadi pemimpin dan pelindung satu terhadap yang lain. Umat dan para pemimpin Gereja perlu bekerja sama memenangkan pertandingan iman di dunia untuk mencapai mahkota kemuliaan surgawi.