Kualitas Hidup Manusia Kristiani: Reflektif

Senin, 20 Juni 2022 – Hari Biasa Pekan XII

120

Matius 7:1-5

“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

***

Yesus bersabda, “Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

Gosip menjadi kebiasaan yang nyaman dilakukan oleh kebanyakan dari kita. Membicarakan orang lain seolah-olah membuat kita hidup dan bersemangat karena kita memberi label dan cap terhadap sesama. Kecenderungan memberi cap menjadi tantangan bagi hidup kristiani yang lebih utuh dan matang.

Kita membutuhkan cara yang lebih sejalan dengan semangat Yesus, yaitu refleksi diri. Dengan ini, kita tidak menghabiskan energi untuk melihat dan memberi label kepada orang lain, namun kita mencoba untuk dengan jujur melihat dinamika yang terjadi dalam diri sendiri, yakni kekuatan, kelemahan, dan kecenderungan-kecenderungan negatif kita.

Sikap reflektif membutuhkan keheningan. Sikap reflektif berarti berani berbicara dengan diri dan hati. Manusia lebih suka melihat sesuatu yang baik dan indah. Itu tentu hal yang wajar. Namun, di sisi lain, kita juga perlu melihat sisi yang buruk dalam hidup kita. Kita tidak mengingkari dan menyangkal keburukan yang kita bawa. Hanya dengan mengakuinya, kita akan melangkah menuju jalan kematangan dan pertobatan. Pembaruan diri hanya bisa terjadi kalau kita berjumpa dengan sisi gelap diri kita.