Matius 5:38-42
“Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam darimu.”
***
Kisah tentang kebun anggur Nabot sangat terkenal (bacaan pertama hari ini, 1Raj. 21:1-16). Alkisah, Raja Ahab tertarik untuk membeli kebun anggur milik Nabot. Tanah itu sungguh menarik karena letaknya dekat dengan kediaman raja. Oleh sang raja, tanah itu hendak dijadikan kebun sayur. Namun, Nabot menolak karena tanah itu adalah pusaka leluhur. Penolakan Nabot membuat Raja Ahab kesal.
Izebel, istri Raja Ahab, kemudian turun tangan. Atas nama raja, ia memerintahkan tua-tua dan pemuka-pemuka kota untuk mengadili Nabot dengan tuduhan palsu. Nabot dituduh telah mengutuk Allah dan raja. Dengan pengadilan sesat itu, Nabot kemudian dijatuhi hukuman mati. Orang-orang membawa Nabot ke luar kota, lalu melempari dia dengan batu sampai mati. Sesudah Nabot mati, Ahab mengambil kebun anggur itu menjadi miliknya.
Demikianlah kejahatan manusia terjadi secara bertubi-tubi tiada henti. Dalam Perjanjian Lama, sebagai upaya menegakkan keadilan, ada tertulis: “Mata ganti mata, gigi ganti gigi.” Namun, hari ini Yesus mengajarkan kepada kita, “Siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Yesus dengan ini hendak memutus mata rantai kejahatan dan dosa dengan laku kasih.
Pada tanggal 25 Januari 2006, Paus Benediktus XVI menerbitkan ensiklik dengan judul: Deus Caritas Est atau Allah Adalah Kasih. Allah adalah caritas; Allah adalah laku kasih. Melalui ensiklik tersebut, Paus Benediktus mengatakan bahwa hidup dan iman orang kristiani tidak berakar dalam niat untuk menjadi orang kudus, melainkan dibangkitkan oleh perjumpaan dengan Allah yang berbagi hidup. Yesus adalah Deus minor. Ia menempuh jalan turun untuk menjadi sahabat yang berjerih payah bersama kita.
Inilah kasih: Orang yang dari dirinya tidak kita cintai, bahkan tidak kita kenal, mulai kita kasihi dan kita cintai berawal dari Allah. Dari perjumpaan kita dengan Allah itulah kita mulai mengasihi. Sampai dengan rasa yang terdalam, kita menyatukan kehendak kita dengan Allah. Orang lain, bahkan yang memusuhi kita, kita pandang bukan dengan mata dan perasaan kita, melainkan dengan perhatian akan Yesus Kristus. Melalui pemahaman ini, kita bisa berjumpa dengan Allah dalam diri sesama.
Dengan iman itulah St. Antonius dari Padua yang kita peringati hari ini mengajarkan semangat cinta kepada Tuhan dan sesama. Hasilnya sungguh luar biasa. Santo yang dikenal sebagai seorang pengkhotbah ulung ini berhasil membawa banyak penganut aliran sesat pada pertobatan.
Membalas perbuatan jahat dengan perbuatan jahat yang lain tidak akan membawa orang pada pertobatan. Laku kasih adalah jalan yang menawarkan perjumpaan untuk bersama-sama membangun persaudaraan seperti yang diteladankan oleh Santo Antonius dari Padua.