Yohanes 14:15-16, 23b-26
“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.”
“Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
***
Roh Kudus menolong kita untuk berdoa. Hal ini juga dikatakan oleh Santo Paulus: “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’” (Gal. 4:6). Roh Kuduslah yang menolong kita untuk berdoa dengan tepat.
Refleksi jujur tentang bagaimana seorang pribadi menyadari bimbingan Roh Kudus dalam hidupnya dapat kita temukan dalam tulisan Henri Nouwen. Dia ini seorang pastor Katolik dan penulis rohani abad ke-20. Ia menulis buku The Selfless Way of Christ yang membahas pencarian tiada henti untuk mengisi kekosongan hidup kita.
“Jauh di dalam hati, kita sudah tahu bahwa kesuksesan, kemasyhuran, pengaruh, kekuasaan, dan uang tidak memberi sukacita dan kedamaian batin yang kita dambakan. Kita bahkan mungkin merasa iri pada mereka yang telah menanggalkan segala ambisi palsu, tetapi bisa menemukan kepenuhan lebih intens dalam relasi mereka dengan Allah. Ya, kita bahkan bisa merasakan gaung kegembiraan yang begitu ‘misterius’ di balik senyuman lebar dari mereka yang tidak takut kehilangan apa pun.”
Dalam rangka mengisi kekosongan, beberapa orang memilih perilaku adiktif, misalnya mengonsumsi obat terlarang dan alkohol, berjudi, berbelanja, tenggelam dalam aktivitas seksual, makan berlebihan, dan sebagainya. Namun, perilaku tersebut malah membawa pelakunya pada keterpecahan yang lebih besar dan kekosongan yang semakin dahsyat.
Lubang, yaitu “kekosongan” di dalam hati kita itu, merupakan ruang di mana kita dapat “berseru” menyapa Allah. Inilah ruang tempat Allah sangat berkehendak menjumpai kita. Kerinduan kita untuk mengisi ruang kosong itu berasal dari Allah, dan memang hanya Allah saja yang bisa mengisi ruang itu. Santo Agustinus berkata, “Hatiku gelisah sampai aku beristirahat padamu.”