Itu Bukan Urusanmu

Sabtu, 4 Juni 2022 – Hari Biasa Pekan Paskah VII

126

Yohanes 21:20-25

Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: “Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?” Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Jawab Yesus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.” Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.”

Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.

Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.

***

Sering kali kita sibuk dengan apa yang bukan merupakan urusan kita. Kita sering mengurusi orang lain, mencari tahu apa yang sedang orang lain lakukan, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut akhirnya membuat kita lupa dengan urusan kita, dengan tugas yang seharusnya menjadi kewajiban kita. Pada akhirnya, semua kewajiban dan tanggung jawab kita malah tidak mampu kita kerjakan.

Yesus hari ini mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita bertindak. Ia menegur Petrus yang ingin tahu tentang masa depan murid-Nya yang terkasih. Yesus berkata, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.” Teguran yang cukup keras ini menjadi cermin bagi cara kita hidup.

Hidup kita akan semakin menjadi berkat jika kita tidak serba mau tahu dengan hidup orang lain. Penasaran dengan hidup orang lain dan membicarakan mereka di belakang akan menghambat kita untuk menjadi anak-anak Allah. St. Yohanes dari Avila mengajak kita untuk menghindari perbincangan yang merugikan rohani, antara lain memperbincangkan orang lain, memperbincangkan kejelekan orang lain, dan memperbincangkan urusan orang lain. Itu semua bisa menjauhkan kita dari jalan menuju kesucian.

Karena itu, mari kita berjalan bersama-sama menuju kesucian dengan tekun dan setia dalam menjalani kewajiban kita masing-masing. Kesucian didapatkan bukan dari pihak lain, melainkan dari diri kita sendiri. Mari bertanya pada diri kita masing-masing: Bagaimana caranya agar hidup kita ini selalu bisa menjadi berkat bagi sesama?