Yohanes 13:16-20
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.
Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku.”
***
Setiap orang diciptakan Allah sungguh amat baik. Manusia diciptakan Allah secitra dan segambar dengan-Nya. Dianugerahi-Nya manusia dengan akal budi dan kebebasan. Sebagai citra dan gambar Allah, manusia pada dasarnya mempunyai potensi untuk memunculkan dan menghidupi sifat-sifat kebaikan dari Allah sendiri. Karena Allah mahabaik, manusia mestinya mampu untuk menjadi baik. Karena Allah maharahim, manusia mestinya mampu untuk mengampuni. Karena Allah mahakasih, manusia juga seharusnya mampu untuk hidup penuh kasih. Namun, karena memiliki kebebasan, manusia bisa membuat pilihan, termasuk pilihan untuk menjauh dari citra dan gambar Allah.
Dalam perjamuan malam terakhir, seperti yang dikisahkan dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menegaskan bahwa di antara murid-murid-Nya, ada yang percaya kepada-Nya, namun ada juga yang tidak. Ada yang mencintai dan setia mengikut Dia, namun ada juga yang mengkhianati-Nya. “Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.” Kita semua tahu siapa orang yang dimaksud oleh-Nya di sini. Dialah Yudas Iskariot.
Yesus menghargai kehendak dan pilihan bebas Yudas. Ia pun sadar bahwa hal yang baik dari Tuhan belum tentu dibalas secara baik oleh manusia. Ambil contoh matahari yang bersinar terang di saat siang. Banyak orang mensyukurinya sebagai anugerah yang menyehatkan, namun ada saja yang mengeluh dan marah-marah karena membuat gerah. Air hujan juga demikian. Banyak orang menerimanya sebagai berkah, namun tidak sedikit yang marah-marah karena membuat basah.
Saudara-saudari yang terkasih, kehadiran Yesus, Putra Allah dan sang Juru Selamat, merupakan anugerah dan berkat yang luar biasa dari Allah bagi orang-orang yang percaya. Namun, banyak orang yang tidak menggubris-Nya, bahkan tidak sedikit pula yang menolak-Nya. Hadiah bukannya menjadi berkah, melainkan justru membuat mereka gerah dan marah-marah. Kita pun mempunyai pilihan untuk menerima atau menolak-Nya. Hidup adalah pilihan. Semoga kita mampu menyadari kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Allah telah menganugerahkan Putra tunggal-Nya untuk kebaikan dan keselamatan kita. Semoga kita pun mampu membalas kebaikan Tuhan itu dengan bersikap baik dan penuh kasih kepada orang-orang di sekitar kita. Sekali lagi, semuanya itu adalah pilihan. Semoga kita mampu memilih dengan tepat, selaras identitas kita sebagai citra dan gambar Allah.