Mendengarkan, Mengenal, dan Mengikut Aku

Selasa, 10 Mei 2022 – Hari Biasa Pekan IV Paskah

158

Yohanes 10:22-30

Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.” Yesus menjawab mereka: “Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.”

***

Relasi Tuhan dengan umat digambarkan secara apik dalam hubungan antara gembala dan domba dalam bacaan Injil hari ini. Tampaknya tidak semua domba adalah domba yang baik. Ada domba yang “tebal kupingnya”, sehingga tidak mau dan tidak mampu mendengarkan betul suara gembalanya. Karena tidak pernah mendengarkan suara sang gembala, domba-domba itu pada akhirnya tidak mengenal dirinya. Akibatnya, mereka bagaikan domba-domba tanpa gembala. Mereka hidup secara liar, tidak jelas mau ke mana, sebab tidak ada gembala yang mereka ikuti.

Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengungkapkan kualitas dari domba-domba yang baik. “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.” Domba-domba kepunyaan-Nya adalah domba-domba yang mendengarkan betul suara-Nya. Suara lirih sayup-sayup sekalipun mampu mereka tangkap. Mereka mengenal Tuhan dan Tuhan sangat mengenal mereka. Dengan sukacita, mereka mengikuti-Nya.

Ada tiga kualitas dari domba-domba yang baik. Pertama, domba yang baik adalah domba yang mau dan mampu mendengarkan suara gembalanya. Domba itu hafal betul suara gembalanya, kendati ada aneka macam distraksi suara dan kebisingan di sana-sini. Kedua, domba yang baik adalah domba yang mengenal betul gembalanya. Bukan hanya mengenal suara sang gembala, ia juga mengenal apa yang dikehendaki atau dimauinya. Ketiga, domba yang baik pada akhirnya mau dan mampu mengikuti gembalanya dengan sukacita, sebab dengan itu ia mendapatkan kepastian dan jaminan akan dibawa ke padang rumput yang hijau.

Saudara-saudari yang terkasih, menjadi bahan refleksi bagi kita: Kita sekarang ini sedang cenderung menjadi domba yang seperti apa? Kalau kita terlalu sibuk dengan diri kita sendiri, melulu hanya mendengarkan keinginan, ambisi, dan kebutuhan-kebutuhan kita, mari kita sejenak berdiam diri mendengarkan suara Tuhan. Tuhan mau berbicara apa kepada kita? Apa yang Ia inginkan untuk kita lakukan? Kalau kita sudah terlalu lama tidak bertemu dengan Tuhan dalam doa-doa dan kehidupan kita, mari sejenak kita kembali mengenal-Nya. Mari mengenali kembali kebaikan-Nya, mengingat kembali anugerah-anugerahNya, memahami kembali kehendak dan ajaran-ajaranNya. Pada akhirnya, semoga kita mampu mengikuti Dia di jalan kehidupan kita yang kadang tidak mudah, berkelak-kelok, bercabang, berkerikil, dan bahkan berbatu-batu. Dengan penuh semangat mari kita berseru, “Aku mendengarkan suara-Nya; aku mengenal-Nya; dan aku mengikut Dia!”