Belajar dari Yohanes Pembaptis

Kamis, 28 April 2022 – Hari Biasa Pekan II Paskah

116

Yohanes 3:31-36

“Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari surga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”

***

Dalam ibadat-ibadat persekutuan doa, kita sering kali menyaksikan seseorang atau beberapa orang memberi kesaksian. Pada umumnya, mereka menceritakan karya ilahi dalam hidup mereka. Saya pernah menyaksikan seorang ibu menceritakan pengalamannya sampai menangis. Saya sendiri terharu mendengar pengalamannya yang luar biasa.

Kali ini, kita mendengarkan kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus di hadapan para muridnya. Ia menyatakan bahwa Yesus berasal dari surga dan diutus oleh Bapa. Yohanes juga menyebutkan bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada Yesus. Oleh karena itu, ia mengajak orang untuk percaya kepada Yesus. Apakah Yohanes tidak takut kehilangan pengikut? Apakah ia tidak takut kalau Yesus lebih populer dari diri-Nya? Tidak sama sekali. Justru, bagi Yohanes, Yesuslah yang harus lebih viral daripada dirinya. Semua orang mesti menjadi pengikut Kristus, termasuk murid-muridnya sendiri.

Saudara-saudari yang terkasih, kita sering menyaksikan banyak orang, mungkin termasuk kita sendiri, memberi kesaksian iman di media sosial. Ada banyak kisah-kisah luar biasa yang bisa kita temukan. Namun, kita perlu bertanya secara lebih mendalam: Apakah kita sungguh mewartakan Allah? Ataukah kita sebenarnya mewartakan diri kita sendiri? Supaya kita bisa mengetahui apakah motivasi kita murni atau tidak, juga supaya kita terhindar dari bahaya kesombongan rohani, mari kita belajar dari Yohanes Pembaptis.