Yohanes 1:1-18
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: “Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dariku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.” Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.
Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
***
Di penghujung tahun 2021 ini, marilah kita merefleksikan prolog Injil Yohanes yang sangat penting dalam rangka memahami Injil ini secara keseluruhan. Yohanes memulai Injilnya dengan pernyataan: “Pada mulanya adalah Firman.” Pernyataan ini segera mengingatkan kita pada kitab Kejadian: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej. 1:1). Yohanes kembali ke awal dari segala sesuatu, bahkan sebelum penciptaan. Ini berarti bahwa Firman sudah ada sejak awal, dan bahwa awal segala sesuatu tidak bisa dipisahkan dari Allah dan Firman-Nya.
Bagi Yohanes, Firman ada bersama-sama dengan Allah di surga sebelum penciptaan. Keberadaan Firman bersama Allah sebelum masuk ke dalam sejarah ditekankan oleh Yohanes untuk menunjukkan persekutuan personal yang intim antara Firman dengan Allah. Firman bukanlah sebuah entitas yang independen, melainkan berada dalam persekutuan dengan Allah sejak kekal. Karena itu, Allah tidak dapat dipikirkan dan dipahami tanpa Firman. Allah memiliki relasi personal yang begitu intim dengan Firman.
Setelah berbicara tentang keberadaan dan sifat ilahi Firman, Yohanes lalu memperkenalkan gagasan tentang aktivitas dan peran Firman dalam penciptaan. Hal itu terungkap dalam kata-kata berikut: “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” Dari segala yang telah dijadikan, semuanya dijadikan di dalam Dia. Tidak ada sesuatu pun di dalam ciptaan yang terjadi tanpa melalui Dia. Di sini, penginjil Yohanes berbicara tentang karya Allah yang menciptakan segala sesuatu di dalam dan melalui Firman.
Firman yang sebelumnya ada bersama Allah di surga kini mengambil bentuk manusia, sehingga sangat efektif untuk mengomunikasikan diri Allah kepada manusia. Dalam manusia Yesus, kita melihat Firman hadir di antara kita dengan cara yang baru, yakni mengambil bagian dalam kelemahan kita, kecuali dalam hal dosa. Karena Firman telah menjadi daging, kita dapat melihat kemuliaan-Nya. Dengan Yesus mengambil bagian dalam kelemahan manusia, kita dapat melihat sabda Allah, hikmat Allah, dan kemuliaan-Nya. Jadi, kita dapat melihat kemuliaan Allah dalam diri Yesus. Allah yang dahulu tidak bisa dilihat oleh seorang pun, kini bisa dilihat dan hadir dalam dan melalui diri Yesus. Karena itu, kita diajak untuk memuji dan memuliakan Yesus dengan mengimani-Nya secara sungguh-sungguh, serta meneladani sikap, tindakan, dan nilai-nilai hidup yang diperlihatkan-Nya.