Siap Menerima Teguran

Jumat, 10 Desember 2021 – Hari Biasa Pekan II Adven

89

Matius 11:16-19

“Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.”

***

Lagu yang ceria sewajarnya membuat orang gembira, sementara lagu yang sendu mestinya membuat orang yang mendengarnya menjadi ikut terharu. Namun, anak-anak yang disebut Yesus hari ini tidak bersikap demikian. Mereka tidak menari ketika mendengar suara seruling dan tidak berkabung ketika mendengar lagu duka. Seperti itulah masyarakat yang dihadapi Yesus pada saat itu. Mereka bersikap masa bodoh, tidak peduli dengan kehendak Tuhan, dan menolak utusan-utusan yang datang dari-Nya.

Kidung duka agaknya menggambarkan kehadiran Yohanes Pembaptis, di mana ia menyerukan agar orang-orang dibaptis dan bertobat dalam rangka menyambut kehadiran Allah. Alih-alih mendengarkannya, banyak orang malahan menyebut Yohanes kerasukan setan. Sementara itu, tiupan seruling yang penuh sukacita merujuk pada pelayanan Yesus, di mana Ia aktif mendekati orang-orang berdosa dan tidak ragu menghadiri perjamuan-perjamuan. Namun, meskipun Yesus sudah mengambil pendekatan yang berbeda dengan Yohanes Pembaptis, sikap orang-orang ternyata sama saja, sebab Ia malah dijuluki sebagai pelahap dan peminum.

Pada pokoknya, orang-orang itu akan menolak apa pun yang dilakukan utusan Tuhan, sebab mereka memang menolak kehadiran-Nya. Kehadiran Tuhan tidak mereka sambut, sebab justru dipandang mengganggu. Mereka merasa tidak membutuhkan-Nya karena sudah telanjur nyaman dengan cara hidup yang selama ini dijalani, meskipun yang mereka lakukan itu keliru dan tidak baik.

Natal selalu kita sambut dengan meriah, dengan kesadaran bahwa kita menyongsong kehadiran Tuhan. Namun, banyak di antara kita mungkin tidak menyadari bahwa kehadiran Tuhan pasti membawa konsekuensi. Bagi kita yang senantiasa hidup dalam kebenaran, keberadaan Tuhan di tengah-tengah kita tentunya mendatangkan berkat dan sukacita yang melimpah. Namun, apa jadinya kalau kita selama ini hidup dalam dosa dan hanya mau menuruti keinginan sendiri? Alih-alih berkat, keberadaan-Nya justru akan mendatangkan teguran, sebab kita didapati tidak layak bagi-Nya.

Menyadari konsekuensi tersebut, bisa jadi kita akan bersikap seperti orang-orang yang dikritik oleh Yesus hari ini. Kalau memang demikian, mari kita jadikan hal itu sebagai pertobatan kita pada Masa Adven kali ini. Meskipun dalam keadaan penuh dosa, mari kita membuka hati bagi kehadiran Tuhan. Kita memang pasti akan ditegur oleh-Nya karena dosa-dosa yang kita lakukan, tetapi baiklah teguran itu kita terima dengan lapang dada. Teguran Tuhan tidak bermaksud menjatuhkan kita, tetapi bertujuan agar kita menjadi pribadi yang lebih baik. Sebagai hamba-hamba-Nya, kita harus siap sedia menerima berkat, tetapi juga teguran dari-Nya. Tuhan menegur karena Ia mengasihi kita.