William Temple, seorang pastor Anglikan dan penulis asal Inggris, pernah berujar bahwa pada dasarnya kerendahan hati tidak berarti menganggap diri lebih rendah daripada orang lain. Menurutnya, kerendahan hati berarti suatu kebebasan dalam memikirkan diri sendiri dengan satu atau lain cara yang sama sekali berbeda.
Hari ini, penginjil Lukas mengetengahkan kepada kita nilai kerendahan hati. Dikisahkan, ketika duduk makan bersama di rumah seorang Farisi, Yesus melihat bahwa para tamu berusaha keras mencari tempat duduk yang paling utama. Situasi tersebut dimanfaatkan Yesus untuk mengajarkan tentang kerendahan hati. Orang-orang angkuh yang berebut tempat terhormat itu dikritik oleh-Nya. “Apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah,” demikian Ia berkata.
Lawan dari sikap rendah hati adalah sikap tinggi hati, angkuh, atau sombong. Kita menjadi pribadi yang sombong ketika kita menampilkan diri seperti raja-raja kecil, menganggap diri lebih baik dan lebih sempurna daripada orang kebanyakan, serta berpandangan bahwa kita tidak membutuhkan orang lain. Perlu kita sadari bahwa kesombongan adalah perampokan atas kemuliaan yang pada dasarnya menjadi milik Tuhan.
Di sisi lain, kerendahan hati mengingatkan kita bahwa kita semua adalah makhluk yang lemah dan berdosa; bahwa kita perlu saling meminta dan memberi maaf; bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan; dan bahwa setiap orang memiliki peran yang unik dalam rencana Allah. Hal ini diajarkan Yesus kepada kita melalui teladan hidup-Nya. Dalam mewujudkan misi kasih-Nya di tengah dunia, Yesus tidak bekerja sendirian, tetapi mengundang orang lain untuk menjadi rekan kerja-Nya. Ia tidak tebang pilih, tetapi merangkul semua orang dalam kasih dan pengampunan-Nya.
Sebagai anak-anak Allah, kita semua diundang ke dalam perjamuan Kerajaan Allah yang penuh sukacita. Namun, dalam menanggapi undangan tersebut, kita diajak untuk berperilaku rendah hati, yakni dengan tidak merasa menjadi yang paling penting dan paling hebat di hadapan sesama. Pada hari ini, Yesus mengundang kita, yang bisa jadi selalu ingin diakui dan dihormati orang lain, untuk mengubah sikap dan memeluk semangat kerendahan hati. Pengakuan akan betapa kecilnya kita dan akan betapa besarnya Tuhan merupakan kebajikan dari semangat ini. Mari kita menjadi pribadi-pribadi yang rendah hati, sebab “barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”.