Matius 18:1-5
Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”
***
Ketika mengunjungi sebuah stasi dalam rangka misa bulanan, seorang imam biasanya menyempatkan diri untuk datang lebih awal. Bersama ketua stasi, ia terlebih dahulu berkeliling mengunjungi keluarga-keluarga guna menjumpai segenap kalangan umat. Pada saat itu, anak-anak umumnya menyambut kedatangan sang imam dengan riang gembira, apalagi kalau mendapatkan hadiah-hadiah yang menarik, seperti gambar-gambar orang kudus. Pada saat perayaan Ekaristi berlangsung, umat hadir memenuhi rumah tempat misa diselenggarakan. Di situ, anak-anak hadir pula, bahkan sering kali duduk paling depan.
Hari ini Yesus memberi ruang dan waktu bagi anak-anak yang datang kepada-Nya. Ia menyambut kedatangan mereka dengan tangan terbuka. Di sini kita dapat menempatkan diri kita sebagai anak-anak tersebut. Dengan penuh sukacita, kita perlu menciptakan ruang dan waktu yang indah untuk berjumpa dengan Allah. Munculnya perasaan sukacita menunjukkan bahwa kita sungguh-sungguh rindu untuk menjumpai-Nya. Memang, ketika kita dekat dengan Allah, yang kita rasakan semata-mata adalah perasaan aman dan tenteram.
Hari ini juga kita memperingati Santa Teresia dari Kanak-Kanak Yesus. Kepada kita, Santa Teresia memberi teladan mengenai jalan kekudusan yang perlu kita tempuh agar dapat dekat dengan Tuhan. Jalan kekudusan yang dimaksud adalah dengan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil setiap hari dengan cinta yang murni. Itulah hidup harian Santa Teresia yang dijalaninya dengan penuh cinta sebagai persembahan diri kepada Allah.
Jalan sederhana yang ditempuh Santa Teresia menjadi inspirasi bahwa pekerjaan harian yang kecil dan biasa-biasa saja selalu mempunyai makna yang besar jika dilaksanakan dengan penuh cinta. Karena itu, mulai sekarang jangan berkata “hanya” mengenai pekerjaan harian yang kita lakukan. Alih-alih itu, kita harus berani mengatakan, “Rutinitas harianku adalah jalan kekudusanku!”