Membuka Hati bagi Tuhan

Kamis, 23 September 2021 – Peringatan Wajib Santo Padre Pio dari Pietrelcina

181

Lukas 9:7-9

Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: “Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?” Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.

***

Pertemuan dengan Yesus menimbulkan dampak yang berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang merasa bersukacita, tenang, teduh, tenteram, dan lega ketika mendengarkan ajaran-Nya; ada yang merasa gembira karena penyakitnya disembuhkan; tetapi ada pula yang merasa tidak senang, cemas, gelisah, atau bahkan terancam. Semua tergantung pada sikap batin para pendengar. Orang yang berada di jalan yang benar pasti akan mengalami kegembiraan dan ketenteraman ketika bertemu dengan Yesus. Sebaliknya, mereka yang berada di jalan yang sesat pasti akan merasa gelisah terus-menerus.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang kecemasan dan kegelisahan Raja Herodes setiap kali mendengar tentang Yesus. Mengapa demikan? Karena dia berada di jalan yang tidak benar. Dia telah merebut istri orang lain, juga memenggal kepala Yohanes Pembaptis hanya untuk memuaskan nafsu-nafsunya. Dengan demikian, dia menyalahgunakan kekuasaan yang dimilikinya. Herodes dihantui oleh dosa-dosanya sendiri, sehingga gelisah ketika bertemu dengan kebenaran.

Dosa memang selalu membuat hidup kita gelisah. Namun, syukur bahwa Tuhan terus-menerus menawarkan belas kasihan kepada kita. Meskipun berdosa dan melakukan banyak pelanggaran, kita tetap dipanggil dan dirangkul ketika datang kepada-Nya. Yang Tuhan butuhkan hanyalah keterbukaan hati kita. Dia selalu hadir dalam Ekaristi dan memberikan diri-Nya sebagai santapan jiwa kita. Melalui sakramen rekonsiliasi, Dia siap memeluk kita dengan segala kelemahan kita. Yesus selalu ada untuk kita. Ketika kita membuka hati untuk-Nya, segala kecemasan dan kegelisahan kita akan hilang, sebab Dia adalah sang Maharahim yang mengampuni setiap kesalahan orang yang datang kepada-Nya.

Hari ini Gereja memperingati Santo Padre Pio dari Pietrelcina, seorang imam dari Ordo Kapusin yang mendapatkan begitu banyak karunia dari Tuhan, salah satunya berupa stigmata. Meski baik dan saleh sejak kecil, Padre Pio banyak mengalami penderitaan dan tantangan, antara lain harus bergulat dengan penyakit paru-paru hingga enam tahun. Namun, semuanya itu tidak menyurutkan imannya. Baginya, iman adalah hidup. Ia menghendaki dan melaksanakan segala sesuatu dalam terang iman. Ia pun selalu bertekun dalam doa dan menghabiskan banyak waktu untuk bercakap-cakap secara mesra dengan Tuhan. Ia berkata, “Dalam buku-buku, kita mencari Tuhan, tetapi dalam doa, kita menemukan-Nya. Doa adalah kunci untuk membuka hati bagi Tuhan.” Iman dan doa membimbing Padre Pio untuk menerima setiap kehendak Allah yang misterius.

Semoga teladan Santo Padre Pio menyemangati kita untuk selalu datang dan bertemu dengan Tuhan melalui doa-doa kita.