Yohanes 1:45-51
Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!” Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” Yesus menjawab, kata-Nya: “Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar daripada itu.” Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”
***
Pada perayaan Pesta Santo Bartolomeus hari ini, kita diajak untuk melihat pertemuan antara Yesus dan Bartolomeus (dalam Injil Yohanes, ia dipanggil sebagai Natanael). Filipus, yang mengajak Bartolomeus untuk bertemu Yesus, berkata, “Mari dan lihatlah”. Bartolomeus diajak untuk datang kepada Yesus. Datang berarti mau hadir dan berjumpa. Datang berarti mau menjalin relasi dan memberikan waktu. Bartolomeus datang dan berelasi dengan Yesus, relasi yang berbuah dan membawa keselamatan.
Covid-19 mudah menular karena kontak fisik yang dekat. Karena itu, salah satu protokol kesehatan untuk menekan penyebaran penyakit ini adalah menjaga jarak. Meskipun kita harus serius menjaga jarak, bukan berarti kita boleh kehilangan kepekaan untuk menjalin relasi. Jarak perlu dijaga, namun relasi justru harus diperdalam.
Bapa Suci Fransiskus dalam katekese pandemi mengingatkan kita semua bahwa meskipun pandemi menyebabkan penderitaan, keadaan ini di sisi lain juga memberi hikmah. Pandemi mengingatkan kita semua akan berbagai permasalahan dalam relasi. Ada dua relasi yang perlu kita periksa bersama.
Pertama, relasi dengan sesama. Pandemi semakin menunjukkan bahwa dunia kita dipenuhi oleh relasi-relasi yang tidak adil. Kita melihat bahwa di banyak tempat, saudara-saudari kita yang miskin sungguh menderita karena pandemi Covid-19. Selain akses kesehatan yang amat terbatas, pembatasan-pembatasan menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan. Vaksin juga banyak ditumpuk di negara kaya, sehingga banyak negara miskin di Asia dan Afrika menderita karena tidak mendapatkan vaksin dalam jumlah yang memadai. Pandemi mengundang kita untuk memeriksa relasi yang terjadi selama ini. Apakah relasi yang kita miliki adalah relasi yang adil, relasi yang membangun, relasi yang menghidupkan? Apakah kita sungguh membangun relasi seperti Yesus berelasi dengan orang-orang di sekitar-Nya, yakni relasi yang penuh empati dan solidaritas? Ataukah relasi yang terjalin sekadar formalitas demi keuntungan pribadi kita sendiri?
Kedua, relasi dengan alam atau lingkungan. Paus Fransiskus mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 menunjukkan betapa rusaknya alam sekitar. Kita menganggap alam sebagai sarana yang bisa kita manfaatkan seturut keinginan kita. Kerusakan alam seolah-olah menjadi hal yang lumrah. Kita tidak peka bahwa kita perlu berelasi dengan alam, mendengarkan keprihatinan alam. Kita perlu menjaga dan mengusahakan keseimbangan yang sehat dengan alam.
Kalau kita membaca Injil, kita akan melihat Yesus menjalin relasi: Relasi dengan para murid, relasi dengan orang berdosa, relasi dengan ahli Taurat dan orang Farisi, bahkan relasi dengan alam. Yesus menunjukkan bagaimana membangun relasi yang benar dan menghidupkan. Mari kita memohon rahmat agar diberi kebijaksanaan untuk berani membangun relasi yang benar dengan orang-orang di sekitar kita dan dengan alam ciptaan.