Menegur Pendosa

Rabu, 11 Agustus 2021 – Peringatan Wajib Santa Klara

135

Matius 18:15-20

“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang darimu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”

***

Alfred McBride, O.Praem dalam buku yang ditulisnya, Images of Jesus, mengajak pembaca untuk menyelami sepuluh rahasia pribadi Yesus. Salah satu gambaran yang kita dapatkan mengenai Yesus adalah seorang pemimpin yang melayani. Karya pelayanan Yesus tampil dalam pembangunan persekutuan (komunitas) yang secara konkret diwujudkan dalam pelayanan menegur pendosa, menanggung kesalahan saudara dengan sabar, dan mengampuninya.

Selama dua hari ke depan, bacaan dari Injil Matius mengajak kita untuk merenungkan pelayanan pembangunan persekutuan ini. Injil hari ini secara khusus menyoroti pelayanan menegur pendosa. Sementara itu, besok kita akan merenungkan tema mengampuni kesalahan. Mari kita menggali pelayanan Yesus menegur pendosa dengan belajar dari refleksi Alfred McBride, O.Praem.

Ketika Yesus menyelamatkan perempuan yang tertangkap melakukan perzinaan, Ia meminta perempuan itu untuk tidak berbuat dosa lagi. Ia menegurnya. Dewasa ini, kita tergoda untuk tidak menghakimi dosa yang kita lakukan, sehingga seolah-olah kita tidak memiliki dosa pribadi. Inilah godaan zaman ini. Inilah yang disebut tipuan setan pada zaman ini. Tentu saja, kita tidak boleh buru-buru menghakimi dosa orang lain. Namun, itu tidak berarti kita menutup mata dan telinga, menganggap bahwa dosa tidak ada sama sekali. Menyangkal keberadaan dosa merupakan suatu fantasi budaya yang hanya merusak diri.

Kita mempunyai tanggung jawab untuk menolak tidak saja dosa sosial, tetapi juga dosa pribadi. Kemenangan terbesar kejahatan adalah membohongi kita untuk mempercayai bahwa kejahatan atau dosa itu tidak ada. Semua tindakan menegur pendosa, entah itu secara terbuka atau dalam situasi pribadi, harus dilakukan dengan sikap mengampuni dan tidak pernah boleh dengan sikap menganggap diri benar. Yesus berbicara dan bertindak secara terus terang tentang dosa. Ia mencintai para pendosa, tetapi membenci dosa.

Kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri: Apakah saya menyangkal dosa pribadi dan dosa sosial? Bagaimana saya dapat menghidari situasi merasa benar sendiri dalam kasus tertentu?

Diolah dari Alfred McBride, O.Praem, Images of Jesus (Jakarta: Obor, 2003).