Yohanes 20:1, 11-18
Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.
Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
***
Hari ini tanggal 22 Juli, bersama Gereja universal, kita merayakan Pesta Santa Maria Magdalena. Cukup lama secara keliru Maria Magdalena disamakan dengan Maria dari Betania dan “perempuan berdosa” tanpa nama yang melumuri kaki Yesus dengan minyak wangi (Luk. 7:36-50). Pada tahun 1969, hari peringatan Maria Magdalena selaku tokoh yang dianggap sama dengan Maria dari Betania dan “perempuan berdosa” itu dihilangkan dari kalender liturgi Gereja, tetapi anggapan bahwa Maria Magdalena adalah seorang mantan pelacur tidak kunjung hilang dari pikiran banyak orang. Yang pasti, Maria Magdalena yang kita rayakan pestanya pada hari ini adalah seorang perempuan sekaligus murid yang setia. Ia adalah saksi penyaliban, kematian, dan kebangkitan Yesus sebagaimana yang dikisahkan dalam bacaan Injil hari ini.
Ketika para murid yang laki-laki lari kocar-kacir entah ke mana sewaktu Yesus ditangkap, Maria Magdalena bersama dengan sejumlah perempuan lain tetap setia mengikuti perjalanan salib Yesus menuju Golgota. Kesetiaannya kepada Yesus tidak pernah pudar. Kitab Suci mencatat bahwa Maria Magdalena ada di sekitar penyaliban, kematian, dan kubur Yesus. Tidak sedikit pun ia merasa malu dan takut menunjukkan identitasnya sebagai pengikut Yesus. Dahulu, ketika Yesus berkeliling untuk mengajar orang banyak, Maria Magdalena memberikan kekayaannya untuk melayani Dia dan para rasul. Dia juga memberikan waktu, tenaga, hati, dan pikirannya bagi Yesus. Kesetiaan Maria Magdalena kepada Yesus tidak tergoyahkan dalam situasi apa pun. Dalam suka maupun duka, di waktu mudah maupun di waktu sulit, kesetiaannya tidak pernah pudar. Ungkapan dari Kidung Agung (bacaan pertama hari ini, Kid. 3:1-4a) kiranya menggambarkan hal itu dengan tepat: “Kutemui jantung hatiku; kupegang dan tak kulepaskan dia.”
Pada akhirnya, buah kesetiaan itu adalah peristiwa kebangkitan. Maria adalah orang pertama yang menjadi saksi kebangkitan Tuhan. Saat mengunjungi kubur Yesus, Maria Magdalena melihat kubur kosong. Ia lalu dijumpai oleh Yesus yang bangkit, yang memintanya untuk pergi kepada para rasul dan mewartakan apa yang dilihatnya. Lagi-lagi, Maria setia menjalankan apa yang diperintahkan Yesus.
Saudara-saudari yang terkasih, menjadi murid Yesus membutuhkan komitmen dan kesetiaan, bukan hanya pada saat suka, tetapi juga pada saat duka; bukan hanya pada saat-saat yang mudah dan penuh berkah, tetapi juga pada saat-saat yang sulit dan pelik. Mengapa Yesus memilih Maria Magdalena sebagai orang pertama yang menyaksikan diri-Nya yang telah bangkit? Hanya Tuhan yang tahu persis jawabannya. Namun, yang pasti Maria Magdalena adalah pribadi yang istimewa. Kesetiaannya tidak pernah pudar dalam berbagai situasi. Kesetiaannya tidak perlu diragukan lagi, dan Tuhan mengetahui hal itu. Karena itu, Tuhan memilihnya untuk menjadi teladan kesetiaan bagi kita, para murid-Nya, sampai sekarang ini.