Markus 6:7-13
Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: “Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.” Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.
***
Refleksi ini saya mulai dengan ungkapan yang ditulis oleh Arturo Sosa SJ: “Cara menjadi Katolik. Jangan berasumsi bahwa seseorang disebut Katolik hanya karena telah dibaptis. Baptisan adalah sebuah sakramen, suatu keinginan atau hasrat dari orang yang sudah dewasa yang menerima baptisan tersebut, atau dari orang tua dan wali baptis jika yang dibaptis adalah anak-anak. Ini menandai titik awal dari sebuah proses yang kemudian harus dilanjutkan, membiarkan dirinya berubah secara mendalam dan tidak lagi mementingkan diri sendiri. Kuncinya adalah menempatkan Yesus sebagai pusat, artinya Dia tidak dapat dipisahkan dari misi hidup kita.” Ungkapan yang dilontarkannya layak menjadi permenungan kita semua untuk menjawab pertanyaan: Apakah kita sudah sungguh menjadi rasul Tuhan di dalam hidup kita?
Bacaan Injil hari ini mengisahkan Yesus yang memanggil, mengutus, dan memberi kuasa kepada semua murid-Nya. Memanggil artinya Yesus sudah memanggil kita sebagai pengikut-Nya dengan aneka rahmat yang kita miliki. Namun, apakah kita sudah sungguh menanggapi panggilan itu? Mengutus artinya Yesus sesungguhnya sudah mengutus kita juga di dalam hidup harian kita, entah sebagai orang tua, anak, pelajar, pekerja, dan sebagainya. Namun, apakah kita sadar bahwa yang kita jalani ini merupakah sebuah pengutusan dari Tuhan? Memberi kuasa artinya Yesus sudah pula memberi kita kuasa dengan aneka rahmat, bakat, dan hidup kita sendiri. Namun, apakah kita sadar serta mengoptimalkan aneka rahmat dan berkat itu di dalam hidup kita?
Ini memang menjadi sebuah pertanyaan bagi kita. Semakin kita mendekat pada Kristus, sesungguhnya diri kita semakin kecil. Persis seperti yang digambarkan di dalam bacaan Injil hari ini, yang dibutuhkan oleh seorang rasul adalah sikap pasrah hanya kepada Tuhan yang memberi segala rahmat dan berkat. Semuanya akan kembali kepada-Nya. Kita tidak perlu membawa apa-apa, selain percaya atas segala berkat dan kebaikan Tuhan.
Seperti yang dikatakan Arturo Sosa SJ, dengan pembaptisan, sesungguhnya kita sudah menjadi rasul Kristus. Kita juga sudah diutus dengan baptisan itu dengan kuasa yang bervariasi. Namun, kadang kita lupa akan rahmat baptisan ini dan terbuai dengan diri sendiri. Iman seharusnya selalu berkembang, di mana pusatnya bukan lagi diri sendiri, tetapi Kristus. Kita harus membiarkan Kristus sungguh berkarya di dalam diri kita, serta memohon rahmat agar bisa menyandang Kristus di dalam diri kita. Maukah kita sungguh sadar dan menghayati bahwa kita sesungguhnya telah dipanggil, diutus, dan diberi kuasa oleh Tuhan sendiri? Maukah kita mewartakan segala kebaikan-Nya?